Lima - Bagai Kena Buah Malaka

10.5K 1.5K 90
                                    

"Sakitnya dikerjain orang itu di sini." – Pembimbing Anak Magang yang sukses dikerjain.

Gara-gara ucapan Ela yang sangat tidak pada tempatnya itu, gosip tentangku dan Baron kian menggila. Aku digosipkan sudah bertunangan, akan segera menikah sampai ke masalah Baron sengaja menjadi saingan karena mau aku resign dan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Gosip gila yang seminggu ini membuat kepalaku pusing.

Mamet sedang menggumamkan lagu John Mayer, Who You Love sambil bekerja. Lirik lagu yang romantis itu sepertinya sengaja dipilih oleh Mamet. Sejak gosip berhembus, dia yang paling sering menggodaku.

"Shut up John Mayer. Suara lo sama lagu yang dipasang nggak nyambung!" Ai berkata nyaring setelah suara Mamet menyaingi lagu Bad Liar yang sedang diputar. Aku bersyukur sekali Ai bisa menyuarakan isi hatiku meskipun Mamet bersikap masa bodoh dan tetap menggumamkan nyanyian sambil menggoyang-goyangkan tubuh.

Aku masih berkutat dengan pikiran bercabang antara pekerjaan dan gosip-gosip itu ketika pintu diketuk dan Baron masuk. Mamet langsung ribut sendiri dan mencolek teman-temannya untuk keluar dari ruangan kami.

"Nggak usah keluar, Met. Gue cuma mau klarifikasi sama cewek ini," ucap Baron sambil menunjukku dengan dagunya.

Menyebalkan sekali laki-laki ini. Dia bahkan menunjukku dengan dagunya! Cih, dasar sok ganteng!

"Cassandra, gue nggak suka gosip yang lo sebarin. Gue baru denger gosip kalau lo sama gue sebenernya adalah tunangan yang dijodohin sejak kecil. Gila, kan? Mana mau gue kenalan sama orang macam lo dari kecil? Pusing kepala gue. Jadi stop it, Cass!"

Mataku menyala-nyala mendengar ucapan itu. Dia pikir aku suka apa dijadikan bahan gosip yang makin lama makin liar? Tetapi Baron belum mengungkapkan semua gosip yang dia dengar.

"Dan lo tahu apa lagi yang lebih gila? Ada yang bilang kita udah nikah diam-diam dan sebenernya lo itu lagi hamil. Damn!" Baron terlihat cukup kacau sekarang.

Mataku terbelalak. Demi segala macam gosip yang berhembus, berita yang itu benar-benar gila! Aku malah memperhatikan perut. Memangnya perutku buncit, ya? Sampai digosipkan hamil.

Aku melirik melihat DJ diam-diam membuka sekantung keripik sambil memperhatikanku dengan Baron. Sekuat tenaga aku mengontrol hasrat ingin mengguncang-guncang tubuh Baron supaya dia sadar.

"Heh, Ron! Denger, ya? Gue nggak pernah nyebarin gosip. Lo pikir gue seneng apa digosipin sama lo. Kalau sama Chris Pine sih gue nggak masalah, ini sama lo!" Bulu kudukku meremang ketika Baron justru menatap tajam.

"Gue juga nggak mau digosipin sama lo! Orang paling nggak profesional yang gue tahu."

"Apa maksud lo?"

Sekarang aku nyaris berteriak. Lupa pada para anak magang yang duduk sambil mengunyah keripik dengan asyik. Mamet bahkan sudah membagikan botol-botol coke dingin sementara Ai berusaha merekam kejadian ini tetapi langsung urung saat aku melotot padanya.

"Mencuri dengar pembicaraan orang lain itu bukan tindakan terpuji, kan?" Mata cokelat Baron menatapku tajam.

Crap! Gara-gara debat masalah gosip aku sampai lupa kalau Baron marah soal aku mendengarkan pembicaraannya dengan Pak Anwar. Kuangkat wajah tinggi-tinggi. Bukan karena marah melainkan karena saat emosi sepertinya Baron lima senti lebih tinggi dari biasanya.

"Gue-nggak-sengaja! Lagian harusnya gue yang marah, di sini. Lo kan sengaja mau ngerebut posisi gue?" Tanganku bergetar menahan emosi. Aku tidak boleh meledak di sini. Tidak di hadapan para anak magang yang menjadi tanggung jawabku. Baron tidak mengucapkan sepatah kata pun.

The Differences Between Us (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang