TIGA BELAS | Kurang apa lagi?

354 29 3
                                    

Berapa hari lagi yang harus dia relakan?

Berapa langkah lagi yang harus dia tempuh?

Berapa kisah lagi yang harus dia lewatkan demi membuat mereka bangga dan bahagia?

Membuktikan kepada mereka bahwa diri kita mampu boleh saja

Tapi jangan lupa,
Sebelum membuat mereka bahagia
Bahagiakan dulu dirimu sendiri

****

Brak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brak

Alma terkejut saat suara gebrakan mendarat keras di mejanya. Ia tersadar matanya tak sengaja tertutup saat sedang membaca beberapa materi yang dia pelajari di sekolah. Papanya marah besar melihat Alma yang tertidur pulas.

Alma menunduk, "Maafin Alma pah, Alma ketidu-"

Kalimat Alma terputus saat satu tamparan mendarat di pipinya. Membuat bekas kemerahan serta denyutan yang hebat.

Alma meringis, ia mengelus pelan pipi kanannya yang memerah.

"Saya suruh kamu belajar bukan tidur. Dasar pemalas, main aja bisa giliran disuruh belajar malah tidur sampe ileran. Gatau malu!"

Alma menunduk, ia tak ingin lagi membantah ataupun membela diri, semakin ia membela diri maka papanya akan semakin banyak membuatnya terluka.

"Selalu aja, setiap hari mengecewakan saya. Masuk 10 besar gabisa, ikut lomba OSN matematika tahun lalu kalah. Kamu lihat Cakra, dia bahkan bisa sampai loncat kelas karena kecerdasannya. Jadi orang tuh kaya gitu cerdas, biar berguna. Mikir jangan cuma ngelamun aja kerjannya, ngelamun gaakan bikin kamu kaya!"

Alma kembali merasakan sesak, setiap kata yang papanya ucapkan selalu membekas lama dan berhasil membuatnya merasa tak pantas dan tidak percaya diri.

"Siniin tangan kamu, kamu harus dihukum."

Alma menatap papanya dengan tatapan memohon, "Tolong pah, Alma minta maaf, Alma janji gaakan kaya gini lagi. Jangan pukul Alma pah."

Air matanya mulai membendung, namun wajah papanya tidak ada seidkit pun menunjukan rasa belas kasihan.

"Saya gak peduli, selagi kamu masih terus mengecewakan saya, kamu akan selalu mendapat hukuman dari saya." Papanya membuka gesper yang dia kenakan Dengan sekali sabet, Alma berhasil mendapat kembali luka baru yang menyakitkan.

"Ampun pah-" Alma meringis kesakitan, ia menggenggam kedua tangannya menahan rasa sakitnya.

Heri menarik lengan Alma kasar, membawa perempuan itu menuju ruang tamu untuk mengambil rotan yang biasa digunakan untuk memukul Alma.

Without Me [END] Where stories live. Discover now