DUA PULUH EMPAT | Alma bagi semua orang

1.3K 62 7
                                    

Jodi bolak-balik menunggu penanganan yang di dapatkan Alma. Baju hijaunya sudah berljmuran darah karena mengangkat Alma tadi.

Ia sudah menghubungi Orang tua Alma dan Moka. Jodi semakin merasa bersalah karena sudah memperalat Alma. Dan membuat Alma mengetahui kenyataan malam ini.

Andai saja Jodi tak meminta Alma datang, andai saja Jodi tak memberitahukan kabar itu saat ini. Pasti Alma akan baik-baik saja sekarang.

Setelah mendapat kabar dari Jodi, baik Moka, dan Delima langsung pergi menyusul Jodi kerumah sakit. Heri terlihat panik saat mendengar kabar bahwa Alma kecelakaan.

"Kenapa bisa kaya gini." Moka menarik kerah baju Jodi dengan kasar. Tatapannya menyala-nyala meminta penjelasan.

"KENAPA ALMA BISA KAYA GINI BANGSAT." Satu pukulan berhasil lolos Moka lontarkan. Ia berhasi meninju wajah Jodi tanpa aba-aba. Raka yang melihat Moka kalang kabut langsung memeluk cowok itu erat-erat, berusaha menenangkan.

"Aaa jangan kaya gini. Nanti teteh marah sama Aa kalo aa marah-marah."

Air mata Moka mulai berderai, Jodi menumpu tubuh Moka yang linglung seketika. Pikirannya sibuk memikirkan kemungkinan yang tak ingin dia dapatkan.

Bagaimana jika Alma tidak selamat?

Bagaimana jika Alma pergi meninggalkan dirinya?

Heri menumpu wajahnya sambil berjongkok ia sangat menyesali perbuatannya yang seperti tadi kepada Alma. Bagaimana pun juga Alma satu-satunya harta yang dititipkan untuknya.

Moka menatap Heri dengan kekehan geli diwajahnya, "Kemana aja om selama ini?"

Heri dan Delima menoleh menatap Moka yang terduduk di pojokan ruangan.

"Apa maksud kamu?!"

"Jangan pikir saya ga tahu kalau om sering mukulin Alma."

Heri kembali merasakan sesak jika mengingat kejadian itu. Nyatanya setiap kali Heri selesai menghukum Alma ia selalu menyesalinya.

"Om tahu gak. Disaat dia udah lelah berjuang untuk mendapat perhatian om lagi dia tetap berusaha buat bikin om bangga sama dia. Dia rela ga tidur malam demi bikin om mengakui keberadaannya dia."

"Om tahu seberapa sakitnya Alma bertahan?"

"Disaat om sudah sering memukulinyapun Alma tetap menjadikan om sosok favorit di hatinya. Ia tetap membanggakan om setiap kali mereka bertanya. Siapa yang menjadi inspirasi kamu untuk hidup."

"Alma selalu menjawab om inspirasinya."

Air mata Heri mulai menetes. Heri tak bisa tidak percaya dengan ucapan Moka mengingat anaknya itu memang sering kemana-mana dengan Moka.

"Alma cuma mau bahagia om. Kenapa gapernah om kasih kesempatan seidkit pun untuk dia bahagia?"

Jodi menahan Moka agar cowok itu tak lepas kendali.

"Mok, udah. Ini bukan saatnya menyalahkan. Kita semua salah disini. Kita cuma bisa bikin Alma sakit hati."

"KENAPA HARUS ALMA YANG NGALAMIN SEMUA INI! KENAPA HARUS ALMA YANG MERASA SENDIRIAN DI SEPANJANG HIDUPNYA."

Moka menangis dalam dekapan Raka. Bocah itu sama sedihnya, namun ia ingin percaya, bahwa Alma akan baik-baik saja.

Ingatannya bersama Alma seolah berputar begitu saja.

Senyum Alma yang tak pernah pudar, Alma yang selalu tertawa dan selau ada disetiap seseorang membutuhkannya.

"Tolong genggam tangan gue mok, gue butuh tempat bersandar, gue butuh tempat berpulang dan yang penting gue butuh Lo buat nemenin gue ngelewatin semua ini."

Without Me [END] Where stories live. Discover now