DUA PULUH DUA | Sosok yang paling berharga

551 46 0
                                    

Alma duduk bersebelahan dengan Cindy di bangku dekat kolam ikan yang Cindy janjikan. Alma penasaran setengah mati dengan tujuan Cindy mengajaknya kesini. Kalau hanya bicara biasa bukannya di kelas juga bisa?

"Gimana persiapan olimpiade lo?" Alma tersenyum kikuk, ia mengangguk dengan senyuman.

"Alhamdulillah yakin, doain gue ya." Cindy membalas dengan senyumnya, Alma tahu ini hanya pembuka yang basa-basi.

Tujuan Cindy mengajaknya bicara empat mata seperti ini pasti karena Moka.

"Gue mau ngomongin tentang Moka." Alma ketar-ketir, ia jadi takut kalau Cindy akan menyuruhnya untuk menjauhi Moka. Walaupun Cindy berhak bicara seperti itu, tapi Alma benar-benar tidak bisa mewujudkan.

"Kenapa? Ada apa emang?"

Cindy menyerahkan sebotol minuman untuk Alma, "Gue putus sama Moka."

Mata Alma melotot sempurna. Baru berjalan setengah tahun dan terhitung baru, kenapa mereka memutuskan untuk berpisah? Dan kenapa Moka cerita juga. Kemarin pas jadian ga cerita putus juga ga cerita ini anak pengen banget di pukulin apa ya.

"Ada masalah?"

"Udah ga cocok aja."

Alma meringis, mengingat kelakuan Moka yang selalu mendekati perempuan manapun. Masa iya Moka masih seperti itu disaat cowok itu sudah punya Cindy?

"Klise ya alasannya. Jujur sama gue apa yang Moka lakuin sampe bikin Lo nyerah sama hubungan kalian?"

Cindy menatap Alma dengan senyuman penuh arti, "Karena Lo," ujarnya.

Alma menyerit tak mengerti, "Gue? Gue salah apa sama kalian?"

"Bukan salah yang kaya gitu maksudnya gue."

Alma mulai menerka-nerka apa yang menjadi pikiran Cindy.

"Terus karena apa?"

"Gue ngerasa kalo dia punya perasaan lebih dari seorang teman sama Lo." Alma tambah bingung, perasaan lebih dari teman itu maksdnya perasaan ingin memiliki gitu?

Seolah mengerti akan tatapan yang Alma tunjukan, Cindy mengangguk, "Iya perasaan yang punya keinginan untuk memiliki seutuhnya. Gue yakin pencarian dia selama ini cuma alasan untuk menutupi perasaannya sama Lo."

"Gak mungkin. Gue tahu banget gimana Moka suka sama Lo. Gimana senengnya dia waktu kalian baikan. Gak mungkin dia suka sama gue. Mustahil."

"Awalnya gue juga mikir gitu, gue fine-fine aja kalo kalian jalan berdua. Gue coba buat ngerti, tapi lama-lama Moka kaya ngespecialin Lo lebih dari gue yang notabennya pacarnya dia."

Alma masih menatap Cindy menceritakan semua opini perempuan itu.

"Special gimana maksudnya? Gue yakin semua perlakuan dia ke Lo lebih spesial."

"Lo mau tahu hal apa yang bikin gue percaya kalo Lo memang spesial di hatinya Moka."

"Apa?" Kata Alma dengan rasa penasaran.

"Pertama, Moka langsung batalin janjinya dan lebih milih buat jalan sama Lo sama Raka ke pasar malam. Kedua, kalau ditanya mau makan apa dia selalu jawab, gue biasanya sama Alma makan ini sih, ketiga, Moka bahkan gapernah nengok ke gue sedikitpun pas kita lagi ada di tempat yang sama. Moka akan milih bareng sama Lo, dan Lo selalu jadi yang pertama di pikirannya."

Alma tak menyangka, jika kebahagiaan yang Moka berikan kepadanya dan Raka membuat Cindy berkorban menahan sakit dan cemburu.

Alma jadi merasa bersalah smaa Cindy, "Cin gue minta maaf gue gatau kalau waktu itu kalian udah janjian."

Without Me [END] Where stories live. Discover now