TIGA | MOKA DAN RAKA

822 77 9
                                    


Terkadang seseorang bisa dengan mudah menipu dengan senyuman

Namun, mata tak akan pernah bisa menyembunyikan sebuah kesunyian.

****

Moka masih saja terus mengalunkan suaranya dengan merdu. Tangannya sibuk memetik senar gitar secara bergantian. Ilham, Jodi dan Ari sesekali menimpali lirik lagunya jika dirasa hapal. Alkan masih asyik menikmati jus Melon dan Pancake Coklat pesanannya tadi. Hanya pria itu yang tak menunjukan minat sama sekali pada keramaian dikantin.

"Moka," panggil Alma saat perempuan itu baru saja masuk kedalam kantin. Lalu perempuan itu menghampiri Moka ketempat duduk paling pojok dekat tukang batagor.

Moka menaruh gitarnya diatas meja. Membuat Jodi reffleks mengambil alih untuk memainkan gitar milik Moka.

"Kenapa?" tanya Moka kepada Alma.

"Nanti lo jadi ngajak Raka jalan?" kata Alma balik bertanya.

Moka mengusap hidungnya yang gatal, lalu tersenyum, "Jadi dong. Pulang sekolah langsung kita jemput Raka," ujar Moka dengan senyuman tiga jari menghiasi wajah cowok itu.

"Tapi Aurora sana Kenan ikut gapapa ya?"

Moka terdiam seperti berpikir, sedetik kemudian Moka melirik Alkan yang sedang memperhatikan dirinya dan Alma. Sepertinya kupingnya sedang bersiaga karena mendengar nama Aurora.

"Lo mau ikut Al?" tanya Moka kepada Alkan. Pertanyaan Moka sontak membuat Alma seketika berpaling menatap Alkan disampingnya.

"Kemana?"

"Kemana kita Ma?" Alma menggeleng.
Berpergian tanpa tujuan memang selalu berdarah daging didalam tubuh Moka dan Alma. Bagi mereka berdua, kemanapun asalkan Raka senang akan terasa sangat melegakan. Dari pada menentukan mau kemana tapi Rakanya tidak senang dan berujung bosan. Malah percuma. Yang niatya mau ngajak liburan malah jadi bikin bete.

"Kerumah gue aja gimana? Kita nonton film sambil makan makan."
Moka tersenyum. Tak salah Alma memberikan informasi ini kepada dirinya saat Alkan berada ditengah keduanya. Fasilitas dirumah Alkan sudah tidak perlu diragukan lagi. Apapun yang Alkan mau tinggal tunjuk dan beli. Wajar saja bukan. Sultan mah beda.

"Sesuai Raka ya. Mau atau enggak. Kalau dia enggak mau, lo ikut kita kemana pun Raka mau. Deal?" ujar Alma kepada Alkan. Walaupun Moka sedikit kecewa karena gagal makan gratis. Tapi tak apa yang penting sekarang Raka bahagia dulu.

"Okee, deal."

****
Alma, Moka, Raka, Aurora, Alkan dan Kenan memilih taman bermain di dekat rumah Alkan. Tadi saat Raka di ajak kerumah Alkan, bocah itu ketakutan. Katanya rumah Alkan kebesaran nanti ada hantunya. Ini pasti efek film horor yang selalu Moka jejelin ke Raka. Jadinya anak itu jadi parnoan sendiri. Setelah bergegas pergi Raka melihat Taman bermain yang cukup menyenangkan untuk dirinya. Jadilah bocah itu memilih Taman bermain di sini.

Mereka membuat piknik dadakan. Untung saja isi kulkas Alkan mendukung, jadinya mereka tak perlu lagi repot-repot membeli dengan patungan suka rela hanya untuk buat Raka bahagia.

Suasana agak sedikit canggung, apalagi melihat vibesnya Alkan dan Aurora. Beuh percaya deh kalian pasti risih sendiri. Kaya pengen tapi gengsi. Sudah. Tambah pusing mikirin cerita mereka.

"Alma, buat acara bulan bahasa bulan depan lu ikut lagi kan?" tanya Moka yang kini sudah sibuk dengan stir mobil di tangannya.

Mereka sedang dalam perjalanan pulang.
Alma menoleh sebentar lalu sedetik kemudian kembali memalingkan wajahnya.

Without Me [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang