DUA PULUH TIGA | Hari itu tiba

806 51 0
                                    

Alma melihat Moka dan Raka melambaikan tangannya saat dia baru saja keluar dari ruang ujian. Seketika kepanikannya berubah menjadi senyuman indah yang terpancar.

Buru-buru Alma berlari ke arah Moka dan Raka yang mungkin sudah lama menunggu selesai ujian.

"Teteh gimana ujiannya? Bisa semua kan?" Mendengar pertanyaan Raka membuat Alma meringis, ia jadi kembali teringat pada lima buah soal yang membuatnya stuck dan tidak bisa menjawab. Seolah mendapat kepanikan di wajah Alma, Moka langsung merangkul perempuan itu untuk menenangkan.

"Tenang aja gue yakin kok Lo pasti juara."

Alma menatap Moka dengan tatapan penuh harap, hanya ini harapan satu-satunya untuk Alma, agar ia bisa membanggakan papanya dan bisa diakui keberadaannya.
Alma tak ingin lagi mengecewakan Papanya.

Setelah menunggu beberapa jam untuk hasilnya diumumkan. Alma, Moka dan Raka datang ke aula untuk mendengarkan pengumuman yang akan segera di luncurkan.

Alma ketar-ketir, ia takut jika hasilnya akan semakin membuat papanya kecewa padanya.

"Juara 3 olimpiade kimia tahun ini jatuh kepada-"

Kalimat itu menggantung dan sukses membuat seluruh peserta ketakutan.

Alma juga melihat Aurora bersama Rama yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

"Alma Nabila dari SMA Telaga Putih." Sorakan penuh kegembiraan menggema di Indra pendengarannya. Moka dan Raka bersorak paling kencang. Namu ada satu yang Alma khawatirkan. Papanya hanya ingin dia meraih juara 1 jika ingin di akui oleh sang papa.

Lalu setelah ini, Alma harus apa?

"Alma, naik sana buruan." Tersadar kembali ke dalam dunia aslinya membuat Alma buru-buru datang menaiki panggung yang sudah di sediakan.

Juara 2 diraih oleh Aurora sedangkan juara 1 diraih oleh sekolah lain.

Setelah penyerahan hadiah, Aurora sempat bertemu Alma. Mengucapkan selamat satu sama lain. Alma mencoba baik-baik saja dan berpikir positif kalau papanya akan terima hasilnya yang dia raih sekarnag.

"Langsung pulang?"

Alma mengangguk, Raka menggeleng, "Raka laper. Mau makan." Moka mengusap rambut Raka gemas.

"Ayo kita makan. "

Alma membiarkan pikiran berbayang, yang penting ia sudah berusaha sekeras ini. Setidaknya Alma mampu meraih juara 3. Itu sudah cukup untuk kebahagiaannya.

****

"Pah, Alma juara 3."

Sang papa seolah acuh dan tak menghiraukan apa yang Alma ucapkan. Perempuan itu meringis seketika saat sang papa tak juga merespon apa yang dia ucapkan.

"Pah, Alma juara 3." Namun ia tak menyerah, Alma mencoba semua cara agar sang papa mau berbicara dengannya.

Brak

Lagi dan lagi piala dan sertifikat yang Alma dapatkan dilempar begitu saja oleh sang papa.

Membuat Alma terpaksa mengingat kejadian yang menimpanya dulu.

Alma merasakan sesak di dadanya, segala usahanya dan perjuangannya tak pernah bisa dihargai oleh sang papa. Tak ada yang bisa membuatnya bahagia.

Semuanya hanya memandang Alma dengan tatapan mengecewakan dan penuh benci.

Alma lelah, ia capek berusaha kuat sendirian. Berusaha untuk menjadi nomor satu diantara semua yang terbaik.

Without Me [END] Where stories live. Discover now