LIMA | Rumah

596 63 1
                                    

Rumah,
Katanya itu tempat berpulang,
Namun, mengapa tak ada cahaya didalamnya?

****

Alma berkali-kali memijit pelipisnya. Matanya benar-benar mengantuk dan tak bisa lagi ditahankan. Namun, Alma tidak bisa merebahkan tubuhnya sekarang. Nanti Heri akan memeriksanya. Memastikan apakah dirinya benar-benar belajar atau hanya gimick belaka.

Tok tok tok.

Alma menoleh kearah pintu, Alma melihat Delima sudah berdiri didepan pintu dengan membawa secangkir minuman dan senyuman. Perempuan paruh baya itu perlahan menghampiri anak gadisnya.

"Alma, Ibu bawain susu hangat. Jangan lupa diminum ya biar makin semangat belajarrnya," ujar Delima sambil mengelus puncak kepala Alma.

Jujur, Alma sangat merindukan sentuhan sosok Ibu. Namun, Alma belum bisa menerima secara utuh kehadiran Delima. Delima menjalin hubungan dengan Heri saat Mama kandungnya sedang mengandung Raka. Affair mereka terungkap saat mereka sedang berduaan dirumah. Delima merupakan teman baik Mamanya. Itu sebabnya mengapa Delima sangat berharap Alma bisa menerima dirinya menjadi Ibu sambungnya. Guna untuk membuat Alma tak merasa kesepian saat Mamanya pergi setelah melahirkan Raka. Delima memang punya peran besar untuk hidup Raka. Tapi dihidup Alma, Delima hanya menancapkan luka yang mendalam.

"Alma." Suara Heri menginterupsi indra pendengarannya. Nadanya benar-benar tak lagj diselimuti oleh kehangatan. Wajah datar Heri menghiasi kamar Alma.

"Mas, jangan terlalu keras kepada Alma. Kasihan dia pasti lelah. Biarkan dia istirahat sebentar," ujar Delima kepada Heri. Jika semua ucapan Delima yang menyangkut Naya akan selalu dikabulkan Heri. Namun, jika bersangkutan dengan Alma dan Raka. Heri akan selau memikirkaannya berkali-kali.

"Kamu keluar saja, bikinin saja kopi, saya masih ada kerjaan yang harus saya selesaikan. Alma tidak boleh tidur sebelum jam 12. Jangan berusaha membela ataupun membantah," ujar Heri dengan penuh penekanan. Alma paham. Alma sadar. Hanya dirinya disini yang bisa melakukam apapun yang Heri perintahkan. Walaupun Alma selalu saja memberontak, jika Heri sudah memerintah semuanya terasa mutlak dan harus dikerjakan dan di dapatkan.

Delima putus asa, setiap hari perempuan itu berusaha untuk membuat Alma tidak merasa tertekan. Namun hasilnya, setiap hari Alma hanya mampu menatap dirinya dengan tatapan penuh benci.
Saat Heri dan Delima sudah pergi dari dalam kamarnya. Alma mengela nafasmya panjang. Berada didalam satu ruangan bersama Heri tak lagi membuat Alma bahagia. Alma semakin merasa sesak dan tak bisa bicara.

Alma mengunci pintu kamarnya, sebentar.
Sebentar saja Alma ingin bernafas lega.
Sebentar saja Alma ingin meluapkan kekesalannya.
Sebentar saja Alma ingin dihibur oleh seseorang.

****

"YUKK SPAGETHI, RISOL, BAKWAN, NASI UDUKNYA. SIAPA YANG MALAS TURUN KEKANTIN? SINI BELI DI MAMA ANGGI DIJAMIN PASTI ENAK, SEDAP, MAKNYOSSS. GURIHH."
Alma membekap mulut Aurora yang sejak tadi membeo.

Saat ingin melayangkan protesnya, beberapa teman sekelasnya mulai menyerbu dagangan Anggi dan membuat semuanya lenyap begitu saja. Anggi tersenyum kegirangan. Padahal semenit sebelumnya wajah Anggi benar-benar murung dan menyedihkan. Secepat itu kah mood Anggi berubah? Uang memang membuat manusia jadi lupa diri.

"Laris manis tanjung kimpul," teriak Aurora. Cewek itu masih terus menghitung uang hasil dagangan Anggi.

"Gilak, manjur juga. Dapet 300 ribu nggi, bilang apa lo sama gue?" ujar Aurora sombong
Cewek itu merangkul pundak Anggi dengan perasaan bangga.

Without Me [END] Where stories live. Discover now