DUA PULUH | Pengakuan

510 42 0
                                    

"Gue pikir Lo pacaran sama Moka." Alma mengerjakan matanya saat seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya.

Perpustakaan sudah sepi, sepertinya ia ketiduran lagi disini. Padahal tadi teman-teman sudah melarang Alma untuk belajar, bukan karena mereka tidak suka Alma belajar. Tapi mereka ingin Alma istirahat sebentar. Tapi perempuan itu tak. Mendengar.

"Maksdnya gimana Zoy?" Alma menatap Zoya dengan tatapan tidak mengerti.

"Iya, gue kira Lo pacaran sama Moka. Taunya Moka pacaran smaa Cindy. Kok dia maunya ngambil resiko besar kaya gini."

Alma menyerit menatap Zoya, "Resiko besar kaya gimana si maksdmya, ngomong yang jelas jangan setengah-setengah."

"Ya, semua orang juga tahu kalo Lo sama Moka itu ibarat surat sama perangko, ibarat rambut sama sisir. Kalo salah satunya gaada, mereka gaakan bisa berdiri sendiri."

Tunggu,

Maksudnya Zoya ngomong gini tuh gimana sebenarnya?

Melihat ekspresi Alma yang memang tidak mengerti dengan apa yang dia ucapkan membuat Zoya tertawa geli, "Ternyata bener ya, kalian berdua emang ga peka sama perasaan masing-masing. Gue kasih tahu aja ya. Yang kaya kalian gini potensi nyakitin hati orang lebih besar."

Alma menatap Zoya yang sudah kembali berfokus dengan bukunya. "Maksudnya lo pikir gue sama Moka ada rasa gitu?"

"100 buat Lo."

Alma tertawa geli, membayangkan jika dirinya menyukai Moka, sudah pasti dia tak akan berani membuka secara gamblang permasalahan hidupnya. Sudah pasti Alma akan berusaha sejaim mungkin di depan Moka. Tapi pada kenyataannya, Alma benar-benar hanya menganggap Moka sebagai sahabatnya, tidak lebih besar dari pada itu.

"Gila Lo, dia aja sukanya smaa Cindy. Lagian jatuh cinta smaa sahabat sendiri itu menggelikan banget ga si?"

"Tapi bisa aja kalau memang keduanya sama-sama punya rasa." Zoya benar-benar tidak mau mengalah, ia tetap menyudutkan Alma. Seolah-olah, Zoya sangat mengharapkan Alma memiliki perasaan lebih untuk Moka.

"Denger ya Zoy, sampai kapan pun gue gaakan pernah suka sama Moka, karena apa? Karena-"

"Lo sukanya sama Jodi, iya kan?" Zoya menyela ucapan Alma dengan segera. Tak ada yang mengetahui bahwa ia menyukai pemuda itu selain Moka dan ketiga temannya. Tapi sekarang mengapa Zoya jadi ikutan tahu? Apa Moka menyebarkannya?

"Kalau suka, pertahanin Ma, terlepas dari apa yang dia lakukan dulu, bukankah semua manusia berhak diberi kesempatan yang setimpal."

Alma semakin tak mengeri kemana topik pembicaraan yang Zoya berikan akan mengalir, "Gue gapaham nih smaa apa yang lu omongin sumpah."

"Lo suka sama Jodi?"

To the point sekali Zoya ini, sampai membuat Alma terdiam sejenak. Ragu akan menjawab apa.

"Semua orang juga bisa lihat gimana cara Lo natap Jodi, dengan sekali tatap gue bisa liat betapa tulusnya perasaan Lo buat Jodi." Zoya tertawa tipis, perempuan itu mengalihkan pandangannya.

"Dia suka sama Lo Zoy, gue gabisa apa-apa." Alma mulai mencoba untuk tidak memperpanjang masalah ini. Baginya mendapatkan Jodi bukan tujuannya sekarang.

"Tapi waktunya dia cuma buat Lo Alma, apa Lo ga ngerasa kalo Jodi juga punya perasaan buat Lo."

"Ngaco, ga mungkinlah. Kalo Lo suka sama Jodi juga Lo bisa langsung ngaku biar kalian bisa bersatu. Gue gamau terus-terusan berharap sama sesuatu yang gabisa gue raih sampai kapan pun."

Without Me [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang