TUJUH BELAS | Rasa sakit yang terulang

466 34 1
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komentar ya beb ♥️♥️♥️♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa untuk vote dan komentar ya beb ♥️♥️♥️♥️

****
Sering kali aku bertanya, bagaimana luka itu bisa pulih dalam waktu yang singkat?

Kenyataannya luka itu bisa saja sembuh, namun akan selalu mendapat bekas.

****

"

AA MOKAAA." Raka berteriak keras dari kejauhan sambil berlari menuju ke arah Alma dan Moka, bocah itu merentangkan kedua tangannya seolah tak sabar untuk memeluk Moka saat ini juga.

Moka menyambut, pria itu tersenyum sambil terus merentangkan tangannya sampai Raka berhasil masuk ke dalam pelukannya.

Moka menggendong Raka seraya memeluknya, Alma tertawa melihat tingkat keduanya.

"Raka kangen banget sama Aa, kenapa jarang jemput Raka lagi sih?"

Alma mengelus lengan Raka pelan, "Aanya kan juga punya kesibukan, masa harus jemput Raka terus. Memangnya Aa tukang ojeknya Raka apa." Protesnya sambil mendelikan kedua matanya kepada Raka.

Moka mencolek hidung Raka pelan, cowok itu tersenyum, "Maaf ya, nanti Aa Moka sering-sering lagi deh jemput Raka."

Raka mengangguk kegirangan, "Janjji ya?" Raka mengayunkan jari kelingkingnya.

Moka menyambut, ia mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Raka, "Janji, sekarang kita jalan-jalan gimana?"

"Asyik."

Raka turun dari gendongan Moka dan langsung masuk ke dalam mobil, sebelum ikutan masuk ke dalam mobil Moka melirik Alma sebentar, ia mengedipkan satu matanya dengan senyum miring yang menawan, "Lebih sayang sama gue deh kayanya itu anak dari pada sama Lo."

Alma hanya tertawa kecil melihat tingkah Moka, perempuan itu sekali lagi merasa sangat bersyukur bisa bertemu dan memiliki Moka di hidupnya, ia tak siap jika harus kehilangan Moka, sebisa mungkin Alma menahan perasaannya agar ia tak jatuh cinta kepada pria itu. Alma tak ingin membebankan dirinya dengan perasaan yang tak terbalas kepada sahabatnya sendiri. Lebih tepatnya Alma tak ingin kehilangan Moka hanya karena perasaan yang tumbuh di dalam hatinya lebih dari sekedar teman. Ia tak mau itu terjadi.

Sesampainya di pasar malam belum terlalu ramai, karena mereka sampai di sana pukul setengah enam sore. Yang dimana belum semua wahana yang di buka, dan belum semua toko yang buka. Moka mengajak Alma dan Raka menepi sebentar di warung makan. Sebelum bersenang-senang nanti, Moka tak ingin perut Raka kosong dan membuat bocah itu sakit lagi.

Ketiganya memilih warteg yang berdiri tak jauh dari tanah lapang tempat pasar malam di dirikan. Moka melihat senyum Raka yang tak pernah pudar sejak tadi.

Without Me [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang