Chapter 4: Kuil Lunathea

77 28 175
                                    

Di hadapan mereka, berdiri dengan megah sebuah kuil yang dikelilingi tembok berbahan granit dan marmer yang indah. Belum lagi, gapuranya yang dihiasi berbagai tanaman hias dan air mancur yang terlihat menyejukkan. Sepasang patung serigala perak dan singa hitam tampak mengapit pintu masuk gapura, sementara deru air terjun terdengar dari sisi kanan dan kiri kuil.

Keduanya terpukau sesaat melihat keindahan arsitektur bagian luar kuil tersebut. Mereka pun memutuskan untuk melangkah masuk ke halaman kuil. Kembali, keduanya dibuat terkagum-kagum. Arsitektur bangunan kuil nampak lebih indah lagi. Kuil ditopang oleh beberapa pilar yang terbuat dari bahan khusus menyerupai kristal yang belum pernah mereka lihat di Alcholyte. Memberi kesan mewah dan berkilau.

Hamparan rumput yang cukup tebal dan terpangkas rapi menutupi tiap jengkal halaman kuil. Tanaman bunga berbagai warna tertata begitu apik di setiap sudut-sudut halaman kuil, bersanding dengan patung-patung hewan yang mengeluarkan air dari mulut mereka. Sebuah aliran sungai kecil mengalir di sekeliling kuil, sementara sebuah jembatan kayu membentang di depan kuil yang di gunakan untuk menuju ke pintu utama.

Mereka pun melangkah ke arah jembatan menuju pintu masuk kuil. Rion memeriksa pintu kuil yang tertutup rapat.

"Tidak bisa di buka." Rion mencoba mendorong atau pun menarik pintu berukir itu.

Seberapa pun kuatnya ia berusaha, pintu itu tidak mau terbuka.

"Mungkin kau bisa menggunakan kalungmu lagi," saran Lurecia sambil mengamati pintu berukir di hadapan mereka.

Rion pun segera mendekatkan kalung bermotif bulan sabit hitam di lehernya ke depan pintu, akan tetapi tidak ada yang terjadi.

"Kurasa kuil ini tak menerima kehadiran kita, atau kita dobrak saja pintunya?" saran Lurecia sambil memeriksa pintu di depannya dengan lebih seksama.

"Aku tak'kan melakukan itu bila menjadi kalian!" Sebuah suara bentakan terdengar di belakang mereka.

Keduanya berbalik dan seketika merasakan hembusan aura yang kuat, hingga keduanya terpental dan terhempas menabrak pintu kuil. Rion Angel dengan sigap langsung berdiri dan mencabut pedang sambil melancarkan serangan balasan.

"Fulgur impetum!"

Selarik cahaya berelemen listrik, melesat ke arah sosok misterius yang ada di hadapannya, akan tetapi serangan itu hanya mengenai ruang kosong. Rion kaget, karena ia sangat yakin serangannya tepat sasaran.

"Serangan seperti itu tak berarti apa-apa," ejek pria itu mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahu seraya mendecakkan lidahnya.

Dari arah belakang Rion Angel, Lurecia bersalto sambil melakukan serangan magis secara beruntun. Namun, sosok misterius itu tidak bergeming, seolah serangan itu hanya melewati tubuhnya.

Dalam sekejap, sosok misterius itu telah berada di depan Lurecia. Hanya dengan menempelkan telapak tangannya, sosok itu menghempaskan tubuh gadis itu hingga menabrak tubuh Rion Angel.

Keduanya bangkit dengan susah payah. Lurecia menyeka darah yang keluar dari mulutnya, sementara sosok itu berdiri dengan angkuh di hadapan mereka. Tampak, seorang pria muda dengan armor berwarna merah tersenyum tipis pada keduanya.

"Siapa kau?" tanya Rion Angel yang telah berdiri.

"Yang di laporkan Albatraz ternyata tidak sepenuhnya benar. Sebagai pemegang kunci, kau tidak pantas menjadi seorang Vallian," ujar pria berzirah merah tersebut yang sama sekali tidak dipahami oleh Rion. Sembari tersenyum, pria berzirah itu mencabut sebuah trisula hitam dari punggungnya.

"Akan kukirim kau ke tempat seharusnya!" Sambil berteriak keras, pria berambut hitam itu kembali melesat dan dalam sekejap sudah berada tepat di hadapan Rion Angel.

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisWhere stories live. Discover now