Chapter 9: Serangan!

50 28 96
                                    

Rion Angel memperhatikan sosok bersinar terang di hadapannya dengan seksama. 

"Perkenalkan, aku Wolfang Cross. Yang kau lihat tadi adalah kilasan-kilasan memori dari ayahmu, Rion Angel," ucap sosok itu. 

"Apakah dia masih hidup?" tanya Rion langsung tanpa basa basi. 

Sosok itu terdiam agak lama, lalu menggeleng membuat harapan Rion dapat menemukan keberadaan ayahnya sirna begitu saja.

"Aku tidak tahu secara pasti. Hawa keberadaannya sangat lemah. Kemungkinannya masih hidup, entah di mana. Namun, jika kau bisa membangkitkan kembali Cathedral Sanctuary—"

"Di mana aku bisa menemukannya?" Rion langsung memotong ucapan sosok bernama Wolfang tersebut. 

Lagi-lagi Wolfang terdiam sebelum menjawab, "Tidak semudah itu, Rion Angel. Hanya dengan kekuatan dari Astralis Suci, segel pintu menuju Sanctuary bisa terbuka. Seorang Arcanar lah yang bisa melakukannya, setelah membuka tujuh segel Astralis Suci."

Rion menyimak dengan seksama ucapan pria tua di hadapannya.

"Sementara untuk memanggil Cathedral Sanctuary, selain Astralis, diperlukan juga kekuatan darah Vallian. Dalam hal ini, yang ada dalam dirimu," jelas pria itu. 

Rion lagi-lagi terdiam. Namun, menangkap ucapan sosok di hadapannya yang mengatakan bahwa keberadaan ayahnya masih bisa dirasakan, membuat ada sedikit kelegaan di hatinya. Harapan tetap ada, meski persentasenya sangat kecil. 

Sosok di hadapannya tiba-tiba mulai memudar secara perlahan. 

"Waktuku tidak banyak, kebangkitan kekuatanmu telah tiba. Pejamkanlah matamu!"

Rion tanpa ragu segera melakukan perintah Wolfang. Ia merasakan suatu hentakan aura yang sangat luar biasa dari dalam tubuhnya, saat jemari Wolfang menyentuh dahinya. Rasanya panas dan seolah-olah sesuatu mendesak ingin keluar dari dalam tubuhnya.       

Rion mulai berkeringat dan merasakan sakit yang luar biasa. Saat sakit yang terasa makin menjadi, tanpa sadar sebuah teriakan kencang lolos dari mulut pemuda itu, bersamaan dengan cahaya terang yang muncul dan akhirnya memicu sebuah ledakan aura dengan intensitas yang sangat kuat.

Kilasan-kilasan gambar pun terlintas di benak pemuda itu bagai sebuah film yang di putar dan dijejalkan langsung ke otaknya. Rasa sakit yang kian menjadi membuat Rion berlutut sambil mencengkram lantai di bawahnya. Sementara keringat terus bercucuran dari tubuhnya. 

Pada puncaknya, pemuda itu berteriak keras sambil melengkungkan badannya ke belakang menahan sakit yang ia rasakan. Sebuah aura dahsyat melonjak dari tubuhnya dan melesat  menembus ruangan dimensi tempat Rion berada membentuk sebuah pilar cahaya. Begitu kuatnya, sampai lonjakan aura yang terjadi dapat di lihat di daratan Alcholyte walau dengan visualisasi yang berbeda.

Abel menyaksikan fenomena itu dari balkon kamarnya tanpa ekspresi. Namun, sangat jelas raut khawatir terlihat di mata pria itu. 

Sementara, Albatraz dan Mandala yang tengah melatih Lurecia pun, tidak luput tercengang menyaksikan fenomena tersebut. 

"Apa itu, Tuan Mandala?" tanyanya keheranan. 

Mandala tidak menjawab. Namun, tatapannya sangat serius dan tidak berkedip menyaksikan pilar cahaya yang tengah memancar menembus langit Lunathea. 

"Albatraz, bawa Lurecia ke tempat labirin ingatan. Begitu Rion Angel keluar, segera tinggalkan kuil ini!" Abel secara tiba-tiba muncul di hadapan ketiganya. 

"Apa yang sebenarnya terjadi, Tuan Abel?" Lurecia melepaskan diri dari pegangan Albatraz. 

"Tidak ada waktu menjelaskan, Lurecia!" tegas Abel. 

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisWhere stories live. Discover now