Chapter 12: Astralis Air, Aqualung

12 7 26
                                    

Keduanya diselimuti pusaran angin  transparan yang lembut.
Sekali jejak, Millia sudah berada di udara melesat ke arah sang naga laut. Disusul oleh Lucas di belakangnya ysng menggengam sebuah pedang dengan sekat-sekat ganjil di sepanjang bilahnya. 

Slyph dengan gesit menghindari serangan naga laut yang berupa tembakan elemen air yang diluncurkan secara beruntun, serta dikombinasikan dengan serangan berupa pusaran air yang meliuk-liuk menyerupai sebuah bor.

"Master, kita harus menyerang balik. Jika hanya menghindar, kita akan kehabisan tenaga," ucap Slyph dalam pikiran Caira secara telepatis.

Astralis memiliki kemampuan berbicara kepada tuan atau masternya. Dalam wujud Astralis, cara mereka berkomunikasi adalah telepati. Sementara dalam wujud manusia, mereka bisa berbicara layaknya manusia normal.

Kemampuan ini hanya dimiliki, terbatas pada Astralis tingkat tinggi atau Astralis Suci, sedangkan Astralis dengan tingkatan rendah tidak memilikinya.

Di sisi lain, Millia  dan Lucas mulai ikut menyerang Aqualung dengan teknik mereka, tapi tidak mampu memberikan efek apa pun pada sisik sang naga laut yang  keras.

"Cih! Teknik pedangku pun tidak bisa menembus keras sisiknya." Millia melayang mundur sambil merutuk.

Beberapa teknik terkuat miliknya sama sekali tidak memberikan kerusakan berarti. Di sisi lain, Lucas masih menggempur Aqualung dengan pedang miliknya Scorpion Tail, yang kini telah berpencar, berputar, dan mengurung naga itu dengan lingkaran magis.

Pecahan pedang pemuda itu berkelebat ke segala arah menyerang Aqualung. Namun, seperti Millia, serangan dahsyat itu tidak juga membuat naga air itu terluka.

Sebuah ledakan keras menghantam tubuh naga laut itu, tetapi tampaknya serangan kombinasi yang dilancarkan Lucas dan Millia masih belum mampu menembus pertahanan Aqualung.

Caira yang tengah duduk di punggung Sylph memikirkan sesuatu, tidak menyadari datangnya sebuah serangan. 

"Master!" peringat Sylph. 

Kibasan ekor dari Aqualung nyaris mengenainya, beruntung Astralis itu berhasil menghindar. Namun, naas bagi Millia dan Lucas, karena efek serangan naga itu membuat mereka berdua terlempar jauh, hingga awak kapal harus membantu mereka kembali naik ke sekoci.

"Kita serang balik, Sylph," ujar gadis itu mantap sambil mengelus bulu Astralis berwujud garuda tersebut.

Dengan kecepatannya, Sylph mengudara dengan lincah, kemudian menukik tajam sambil meluncurkan sebuah serangan dari kepakan sayapnya.

Gelombang udara bergulung ke arah Aqualung silih berganti dan menghantamnya telak. Naga itu meraung keras, lalu kembali mengejar Sylph penuh amarah.

Keduanya saling serang dengan teknik andalan mereka. Saling kejar dalam kecepatan tinggi, hingga membuat lautan di sekitar area pertempuran bergejolak.

Astralis garuda tersebut kembali melesat dengan cepat dan melancarkan serangan dari samping.

Aqualung menerima serangan beruntun, berupa cakaran-cakaran dalam kecepatan kilat. Naga air itu terlempar, hingga terhempas beberapa kali di atas lautan sebelum tubuhnya tenggelam.

Baru saja Caira menarik napas, sebuah tembakan elemen air berbentuk tiang vertikal,  berukuran raksasa melesat ke arahnya. Dengan sigap, Sylph menghindari serangan tersebut.

"Astralis satu ini begitu merepotkan dan ngotot, Master,"  ucap Sylph kembali bertelepati.

"Kau benar. Mari kita selesaikan pertarungan ini," sahut Caira penuh keyakinan. 

Sylph kembali melancarkan serangan serangan dengan pola rumit ke arah Aqualung. Sang naga air nampak kewalahan menerima serangan bertubi-tubi itu. Disaat serangan Millia dan Lucas  tidak berarti apa pun, serangan Sylph dan Caira cukup memberikan kerusakan terhadap makhluk itu. Tubuh Sylph seketika diselimuti aura hijau, sebelum Astralis itu melesat tinggi ke udara.

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisWo Geschichten leben. Entdecke jetzt