Chapter 26: Arc'Angelus

3 1 0
                                    

Rion menggebrak meja di hadapannya saat Fulla menceritakan asal usul kubah yang menutupi Loreimar. Sementara, Lurecia berpikir hal yang berbeda. Gadis itu merasa penasaran dengan sosok yang diceritakan ingin membongkar makam ibu Rion Angel.

Saat ini mereka berada di kediaman Fulla, usai Lurecia menanyakan kesediaan pria berkacamata itu untuk menunjukkan jalan ke Callisto Vandescar dan menceritakan perihal organisasi Zodiac yang mengincar senjata Paladia.

"Tuan Fulla ...." Caira tiba-tiba berdiri dari duduknya. Membuat atensi yang ada dalam ruangan itu tertuju padanya. "apa menurutmu, orang itu datang karena dalam makam itu ada kekuatan Astralis?"

Semua yang ada saling berpandangan tak mengerti.

"Kenapa kau berpikir begitu, Nona Caira?" tanya Rion yang sudah bisa mengontrol emosinya.

Caira menunduk seraya melirik Lucas dan Millia. "Karena segelku berpendar terus menerus saat kita memasuki desa ini," terangnya memperlihatkan segel di tangan kanannya yang berpendar merah dengan warna agak redup.

Semua pandangan mengarah pada pria berkacamata yang tengah menyeruput tehnya meminta penjelasan. Merasa diperhatikan, Fulla meletakkan cangkirnya dan berdehem pelan.

"Akan aku antar kalian ke sana, kalian bisa melihat sendiri apa yang terjadi." Pria itu bangkit dari duduknya.

***

Pemakaman desa Loreimar terletak cukup jauh di belakang desa. Rombongan menuju ke sebuah tempat yang di tumbuhi aneka bebungaan dan sebuah air terjun kecil di belakangnya. Tampak sebuah makam dengan kubah transparan menyelubunginya.

Fulla menceritakan, saat sosok misterius itu datang, makam ibu Rion menunjukkan keanehan. Sosok itu tak bisa mendekatinya karena terhalang kubah ini. Berapa kali pun sosok itu mencoba menembusnya, ia selalu gagal. Pada akhirnya, sosok itu pergi. Namun, ia kembali dengan pasukan Wyvern yang berjumlah banyak. Saat itulah, Loreimar terselubungi kubah dan pasukan Wyvern orang itu dibantai oleh sulur-sulur yang melindungi kubah.

"Menurut perkiraanku, sulur itu akan muncul saat ada ancaman yang mendekat." Fulla menutup ceritanya.

Kubah yang melingkupi makam ibu Rion, tiba-tiba bercahaya dan menampakkan dua buah telapak tangan berwarna putih terang. Baik Rion dan Caira saling pandang, lalu mengangguk bersamaan. Keduanya melangkah mendekati makam, kemudian menempelkan telapak tangan mereka pada kubah. Kubah itu semakin terang dan memunculkan sosok wanita berambut hitam panjang dengan gaun putih panjang dilengkapi sepasang sayap yang berwarna putih.

"I-Ibu...," bisik Rion melihat sosok wanita yang muncul dari makam.

Wanita itu tersenyum hangat pada pemuda berambut putih itu, lalu mendekapnya erat. Adegan emosional itu membuat yang lainnya terdiam dan tak mampu berkata-kata.

Tiba-tiba Caira dan Rion terjatuh tak sadarkan diri begitu bersentuhan dengan sosok yang dipanggil Rion Angel, ibu.

***

Rion membuka matanya perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah hamparan padang rumput dengan bunga dandellion yang tengah mekar. Beberapa, bahkan diterbangkan angin yang berembus semilir, membuat udara dipenuhi kelopak bunga berwarna putih itu.

"Kau sudah sadar, Rion?" Sebuah suara mengalihkan pandangan pemuda itu.

Ia melihat Caira yang berdiri di tepi sebuah sungai yang mengalir jernih dengan bebatuan hitam, serta sebuah jembatan kayu sebagai penghubung  untuk ke seberang sungai.

"Aku merasa tak asing dengan tempat ini," kata Rion menghampiri gadis berambut panjang itu.

"Tentu saja kau kenal dengan tempat ini. Kita bertemu pertama kali di sini." Rion mengangkat alisnya keheranan dengan ucapan Caira.

"Apa maksudmu?"

"Ini adalah Adrianne. Tempat kelahiranku dan Millia. Sekaligus tempat Paman Reynard mengenalkanmu padaku untuk pertama kalinya."

"Kau mengingatnya, kenapa aku tidak?" heran pemuda itu yang hanya dijawab gelengan oleh Caira.

Gadis itu lalu menceritakan saat itu ia menemani sang ayah, Leon Wiseman ke Adrianne seusai mendapat berkah menjadi seorang Arcanar dari Kuil Asgar. Di tempat itu, Caira pertama kali bertemu dengan Reynard Angel dan seorang bocah lelaki dengan rambut yang sama putihnya dengan sang ayah. Reynard mengenalkan bocah itu bernama Rion Angel. Keduanya cepat akrab, karena kegemaran mereka yang suka berpetualang. Selama di Adrianne, keduanya sering keluar masuk hutan atau pun bermain di bukit Orca yang ada di ujung desa. Hingga suatu hari, Reynard Angel berpesan pada Rion untuk melindungi Caira dengan kekuatannya. Rion menyanggupi permintaan ayahnya saat itu.

"Tapi, mengapa aku bisa tidak mengingatnya?" heran pemuda itu lagi.

"Semua karena kau memakai kalung itu, Rion."

Keduanya menoleh dan mendapati sosok wanita berpakaian serba putih dengan sepasang sayap bak malaikat berdiri di belakang mereka.

"Ibu, masih hidup?" Rion mendekat ke arah wanita itu.

"Ini hanya wujud roh Ibu, Rion." Wanita bernama Rose itu membelai rambut pemuda itu.

"Tapi kenapa...."

"Ibu menunggu saat ini, anakku. Kau datang bersama Arcanar dan membangkitkan roh ini. Sosok Astralis kehidupan, Arc Angelus," beber Rose sambil mengembangkan sayapnya yang terdiri dari beberapa lapis.

***

"Kalian bauk-baik saja?" Suara Lucas Green menyambut, saat Rion membuka matanya.

Ia dan Caira kembali tersadar setelah mengalami hilang kesadaran beberapa saat yang lalu karena menyentuh kubah yang menutupi makam. Keduanya mengangguk bersamaan.

"Apa yang terjadi? Kubah sudah menghilang dari makam ini," ujar Cliff sambil membantu pemuda berambut putih itu berdiri.

"Kita tak ada waktu membahas itu." Fulla berkata serius seraya mengamati benda pipih di tangannya.

"Apa yang terjadu?" Lurecia mendekati pria yang merupakan gurunya itu.

Fulla kemudian menjelaskan, bahwa pintu masuk ke wilayah Vandescar sudah dibuka seseorang dan mereka harus bergegas. Pria itu menolak, saat Cliff mengajak mereka kembali ke Airship dengan alasan perjalanan akan memakan waktu lama menuju pintu rahasia ke Vandescar yang berada di wilayah Avallon. Usai berpamitan dengan warga desa, Fulla membawa Rion dan lainnya ke ruangan yang berada di bawah tanah kediamannya.

Pria berkacamata itu kemudian menarik sebuah kain yang menutupi sebuah benda menyerupai tabung seukuran tubuh manusia.

"Kau berhasil menyelesaikannya?" Lurecia tampak antusias melihat tabung transparan yang dilengkapi ornamen tulisan rune yang rumit pada sebuah panel.

Fulla mengangguk, kemudian menjelaskan dengan singkat penemuannya yang merupakan sebuah alat teleportasi dengan menggunakan kekuatan radas orb itu.

"Apa kau yakin akan berhasil?" Cliff terlihat ragu.

"Aku sudah mencobanya dan berhasil, meskipun baru bisa berteleportasi ke dua tempat saja." Fulla membuka pintu tabung alat teleportasinya.

Rion dan lainnya saling pandang kemudian mengangguk mantap. Prioritas mereka adalah secepatnya ke Vandescar sebelum Zodiac merebut Paladia dan menghancurkan segel Astralis tanah, Anubis.

Rion dan lainnya bergegas memasuki alat teleportasi buatan Fulla. Saat pria berkacamata itu menyentuh sebuah panel, seketika Rion merasakan sensasi tertarik pada perutnya. Tubuhnya serasa berputar dan meluncur di ruang hampa udara. Saat berusaha mencerna sensasi yang ia rasakan, kaki Rion Angel sudah menapak pada daratan yang berbatu. Semua orang, kecuali Fulla berkeringat dingin, sementara Cliff menjauh sambil memuntahkan isi perutnya.

Sejauh mata memandang, Rion bisa melihat pepohonan mangrove menutupi setiap jengkal tempatnya berada saat ini. Membuat ia mengerti, mengapa Avallon tidak menyadari keberadaan pulau rahasia yang menjadi pintu masuk wilayah Callisto Vandescar.

Fulla melangkah ke sebuah batu besar. Ia menempelkan tangannya dan sebuah pintu seketika terbentuk. Rion dan lainnya segera mengikuti pria berkacamata itu memasuki gerbang magis menuju wilayah Vandescar.

Bersambung

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisKde žijí příběhy. Začni objevovat