Chapter 6: Identitas Rion Angel

20 10 2
                                    


"Ahhh ... selamat datang. Selamat datang." Pria bernama Abel itu tersenyum sumringah menyambut keduanya. Bibirnya tidak henti-hentinya mengembangkan senyuman.

"Ayo, silakan duduk! Kita makan sambil berbincang. Kalian pasti sangat lapar dan perlu memulihkan stamina, setelah bertarung dengan pengawalku," ajak Abel ramah sambil melirik Mandala sekilas.

"Terima kasih tawaran Anda, tapi kami tidak lapar." Rion mencoba menolak, bersamaan dengan bunyi keras dari perut Lurecia yang langsung menunduk malu. Abel tertegun, lalu tertawa lepas.

"Ayo, silakan dinikmati." Abel kemudian kembali duduk di kursinya, disusul Rion dan Lurecia yang wajahnya kini memerah, sementara Mandala berdiri beberapa meter di belakang Abel.

"Kau sangat mirip dengan ayahmu Rion, tetapi kau memiliki mata ibumu." Abel berkata sambil mulai menyendok sup di mangkuknya.

Rion mengurungkan menyendok makanannya dan menatap Abel serius. "Jadi, Anda mengenal kedua orang tuaku?"

"Mengenal?" Abel seolah berpikir sejenak. "Tentu saja! Aku adalah pamanmu, Rion. Aku adik dari Reynard Forsetti Angel." Rion dan Lurecia membulatkan mata mereka tidak percaya.

"Kau ... maksudku, Anda adalah pamannya Rion?" tanya Lurecia yang terlihat tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

Sementara, sendoknya tanpa disadari berdenting jatuh di atas meja yang membuat Ace Mandala berjengit. Tawa Abel Forsetti benar-benar lepas dan riang melihat keterkejutan keduanya.

"Tentu saja Lurecia, aku adalah Paman dari pemuda di sebelahmu itu," ujarnya masih tertawa melihat raut bingung di wajah keduanya. "Kau pikir, untuk apa aku memerintahkan Albatraz menunggumu di mansion milik keluarga Sorelis?" sambungnya.

Seorang pria paruh baya masuk ke ruang makan. Tatapan semua orang seketika tertuju pada pria itu. Baik Rion maupun Lurecia terkejut melihat siapa pria itu.

"Perkenalkan, saya Albatraz Frost, pengawal Tuan Reynard Angel." Pria itu membungkukkan badannya penuh hormat ke arah Rion Angel. "Maaf, karena sudah melukai Anda, Tuan Muda."

Rion bangkit dari duduknya. "Kau pengawal ayahku?" tanyanya dengan nada terkejut.

Selama ini, dirinya tidak pernah tahu dan melihat sosok Albatraz berada di sekitar ayah atau pun keluarganya. Fakta baru yang ia ketahui saat ini cukup membuat dirinya menyadari, bahwa ia sangat sedikit mengenal sosok ayahnya sendiri.

Albatraz hanya mengangguk. Abel kemudian mengalihkan pandangan semua orang dengan mengetukkan sendok ke gelas di hadapannya.

"Itulah poin penting yang akan kita bicarakan Rion. Duduklah! Kurasa kau akan tertarik mendengar apa yang akan aku ceritakan." Pria berambut putih panjang itu menautkan kedua tangannya di dagu.

Rion kembali menempati kursinya dan memandang lurus ke arah Abel Forsetti. Selera makannya mendadak menguap, begitu akan mendengar asal usul dirinya yang sebenarnya.

"Secara teknis, kita bukan ras manusia." Abel membuka ceritanya. "Seperti yang kita tahu, di Alcholyte berdiam berbagai ras. Namun, keberadaannya tidak terungkap seluruhnya," sambungnya.

Pria itu kemudian menceritakan secara umum, ras manusia menjadi ras paling dominan di Alcholyte sejak saat itu. Sedangkan, ras lain hanya terungkap sedikit, seperti ras Elf dan Dwarfhumania.

Kemudian, sejak perang hitam berkecamuk sepuluh tahun lalu, ras Vallian mulai menunjukkan keberadaannya. Dengan ciri khas rambut berwarna putih keperakan dan memiliki kemampuan tempur di atas rata-rata, ras Vallian ikut membantu pertempuran menghadapi iblis yang menyerang berbagai wilayah di Alcholyte.

"Jadi, aku adalah salah satu Vallian?" Rion memastikan.

"Setengah, Rion." Abel mengoreksi ucapan pemuda itu. "Ayahmu adalah salah satu Vallian murni, sementara ibumu ...," ujarnya menggantung.

"Ras manusia," jawab Lurecia menyelesaikan kalimat Abel. "Lalu dia?" tunjuk gadis itu pada Ace Mandala yang memiliki rambut berwarna hitam pekat.

Abel tampak kagum dengan Lurecia sebelum menjawab, "Seperti ras manusia yang selalu berevolusi, ras kami pun juga mengalaminya. Ace memang termasuk ke dalam ras Vallian murni, tapi dengan pengecualian kelasnya. Ia berada di kelas Ancient Vallian yang memiliki kemampuan kuno, sementara dari kekuatan yang ditunjukkan oleh Rion, aku bisa mengira-ngira ia adalah Celestialis Vallian atau Vallian langit," papar Abel panjang lebar.

"Bagaimana denganmu, Paman?" tanya Rion ingin tahu.

"Timeless Vallian, karena magisku yang bersifat pengendalian waktu," pungkasnya seraya menjatuhkan sebuah teko ke lantai. Teko itu langsung pecah berantakan menghantam lantai.

"Reparer Den!"

Pecahan-pecahan teko yang bertebaran di lantai tampak beputar-putar di udara dan kembali tersusun menjadi bentuk awalnya. Semua yang hadir terlihat kagum menyaksikan pertunjukkan magis dari Abel.

"Mungkin dalam pertarungan aku tidak begitu berguna, tapi dalam hal pengobatan, kalian bisa berharap banyak padaku." Abel lalu menjentikkan jarinya dan sesuatu melesat ke arah Rion.

Pemuda itu meraba pipinya yang terasa perih. Darah segar mulai mengalir dari luka gores yang dibuat Abel sebelumnya. Lurecia dengan sigap hendak mengobati luka Rion, tapi Abel menghentikannya.

"Sudah kukatakan, pengobatan adalah bagian terbaikku, helbredelse!" Abel menngarahkan telunjuknya ke arah Rion.

Cahaya putih berpendar di sekitar luka pemuda itu. Dalam sekejap luka gores itu pun lenyap tanpa bekas. Lurecia terkesan melihat kemampuan Abel dalam hal penyembuhan. Dengan magis yang minim dan jarak yang cukup jauh, ia mampu memulihkan luka dengan persentase sempurna.

"Apakah manusia biasa sepertiku bisa menguasai teknik pengobatan seperti itu?" Lurecia tampak antusias.

Abel bangkit sambil tersenyum. "Ikutlah! Aku tunjukkan peninggalan ayahmu," ujarnya sambil berlalu diikuti Albatraz dan Mandala, sementara Lurecia terlihat kesal karena pertanyaannya diabaikan.

Abel pun kembali menjelaskan perihal identitas Rion Angel yang merupakan keturunan ras Vallian, ras yang berdiam di dunia Lunathea. Lurecia tampak tidak percaya dan masih terkejut mendengar semua penjelasan dari Abel.

"Kita pada dasarnya makphluk yang sama Lurecia. Hanya kemampuan kami yang bisa mengendalikan aura murni alam, yang membuat kita berbeda. Kami adalah ras minoritas di dunia ini. Meski begitu, bukan berarti kami bisa mengabaikan Alcholyte di saat ancaman Genesis masih membayangi."

Abel pun memberi isyarat pada Mandala untuk membuka pintu yang mengarah ke puncak kuil.

"Jawaban yang kau cari, kemungkinan besar ada di balik pintu ini Rion," ucap Abel.

Saat itu mereka berada di sebuah ruangan yang berada di puncak kuil. Di depan mereka, terlihat sebuah pintu berwarna keemasan tanpa lubang kunci atau pun gagang pintu. Seolah pintu itu menempel langsung pada dinding. Yang memberikan petunjuk sebuah pintu adalah, adanya simbol serigala perak di depan pintu tersebut.

"Ini adalah pintu yang menuju labirin ingatan, yang dikirimkan oleh Albatraz atas perintah ayahmu. Jadi, hanya kau yang bisa membukanya," lanjut Abel, sambil mempersilakan pemuda itu mendekati pintu.

Lurecia menahan lengan pemuda itu saat ia melangkah. Rion menatap gadis itu, lalu mengangguk menenangkan.

"Ini adalah tujuan kita dipanggil ke tempat ini. Jawaban yang kucari ada di sana." Rion menenangkan Lurecia yang tampak sedikit cemas.

"Aku tak tahu apakah ayahmu masih hidup atau tidak, tapi setidaknya kau bisa mengetahui dengan matamu sendiri," sambung Abel.

Tanpa berkata-kata Lurecia melepaskan tangan pemuda itu. Rion berdiri di depan pintu. Menyentuhnya, kemudian secara tiba-tiba, ia sudah menghilang bersamaan dengan kilasan cahaya menyilaukan yang membuat Abel dan lainnya sedikit terkejut.

Bersambung

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisWhere stories live. Discover now