Chapter 15: Lancester Grim

56 44 262
                                    

    Dengan menggunakan tujuh magiator, Caira dikawal menuju ke kota Althena. Diperjalanan yang didominasi jalanan berbatu dan berkelok-kelok, rombongan menghadapi berbagai jenis monster. Namun, dengan mudah dikalahkan oleh para prajurit. 

    "Mengapa para monster itu banyak sekali, Cliff?" Millia bertanya dari balik punggung pemuda itu. 

    "Itulah yang tengah aku selidiki sejak beberapa hari yang lalu." Cliff agak berteriak menjawab pertanyaan Millia. 

    "Apa terjadi sesuatu yang mencurigakan?" Lucas yang membonceng Caira menjajari magiator yang dikendarai oleh Cliff. 

    Cliff menggeleng. "Aku tidak menemukan hal yang janggal, tapi kemunculan mereka sudah meresahkan. Para penduduk pun tak berani melewati jalanan ini."

    Rombongan pun memasuki area hutan Dompatria yang dipenuhi pohon Aldenia dan Magnolia0 yang cukup lebat.

    "Awassss!" Seketika Lucas berseru seraya mengaktifkan scorpion tail dan menjadikan pedangnya sebagai pelindung di sekeliling magiatornya untuk melindungi Caira. 

Sebuah aura berwarna kebiruan melesat dari arah depan dan menyambar para prajurit . 

    Sekitar empat prajurit seketika tumbang terkena serangan itu. Sisa rombongan menghentikan kendaraan. Di hadapan mereka berdiri sesosok pria berjubah biru gelap dengan menggenggam sebuah sabit panjang. 

    "Siapa kau! Beraninya menghalangi perjalanan Pangeran dan Arcanar Agung!" bentak seorang prajurit sambil mendekati pria itu. 

    Bukan jawaban yang ia peroleh, tapi sebuah tebasan kilat membuat tubuh prajurit itu terlempar ke belakang dan menghantam sebuah pohon. 

Sosok berjubah biru itu mulai melayang dan menatap semua orang tanpa ekspresi. 

    "Siapa kau?" seru Lucas sambil tetap menggenggam senjatanya. 

    Tanpa menjawab, sosok berjubah biru dengan bekas luka bakar di sisi wajah kanannya itu dalam sekejap telah berada di antara rombongan yang tersisa. Dengan serangan cepat, semua terhempas beberapa meter dan terguling-guling. Cliff tampak memuntahkan darah segar dari mulutnya. 

    Para prajurit Estardia yang mengetahui pangeran mereka terluka, segera bangkit dan mengepung sosok berjubah biru tersebut. Namun,  sebelum melakukan serangan, sosok itu sudah melesat dengan cepat. Hanya terlihat siluet kebiruan saat sosok itu bergerak. Empat orang prajurit pun roboh ke tanah dengan kepala yang terpisah dari badan mereka. 

    Tak berhenti di situ, sosok itu segera melesat ke arah Caira yang terpisah cukup jauh dari rombongan. 

    Millia berhasil menghalangi sosok itu menebas Caira tepat waktu, tapi efeknya di luar dugaan. Gadis itu terhempas beberapa meter dan menabrak pohon hingga patah. Sosok berjubah biru itu kembali mendekati Caira dengan senjata  sabit panjang yang diselimuti cahaya kemerahan. 

    Bilah-bilah pedang Lucas Green berdatangan dan menghujani sosok tersebut. Dengan lincah, sosok itu menebas sekaligus menghindari bilah scorpion tail milik Lucas. 

    Cliff tiba-tiba muncul di sisi kanan sosok berjubah dan menyerangnya dengan teknik spesial. Sebuah pusaran api meluncur dari tongkatnya. Sosok berjubah biru  menebaskan sabitnya, pusaran api yang sebelumnya hampir  mengenai dirinya mendadak sirna dan Cliff lagi-lagi terhempas. 

    "Lux Sancta Caeli!"

    Caira melancarkan serangan ke arah sosok misterius berjubah biru tersebut. Larik-larik cahaya terang melesat menghujani sosok yang dengan lincah mampu menghindari setiap serangannya. 

    "Apa-apaan pergerakannya itu?" seru Cliff yang melihat sosok berjubah  bergerak secara tidak wajar. 

    Millia kembali melesat dan menebaskan pedangnya. Namun, sabit sosok berjubah merah dengan mudah menepis tiap serangannya. Merasa geram, Millia kembali menyerang dengan kecepatan yang lebih tinggi. Pertukaran serangan pun terjadi. Tebasan tebasan maupun skill yang dikerahkan gadis itu belum mampu menekan sosok misterius di hadapannya. 

    Sosok Millia terhempas ke tanah setelah melakukan pertarungan di udara beberapa saat. Tubuhnya terbenam dalam retakan tanah yang tercipta, terdapat banyak luka di tubuhnya. 

    "En lyn med lyn slukte månen!" 

    Sosok misterius yang masih melayang di udara seusai menghempaskan Millia, mengangkat tangannya ke atas. Bola energi  seukuran globe yang di selimuti listrik berwarna merah keunguan bermunculan di sekitar pria itu. Dengan satu gerakan, bola energi tersebut segera meluncur ke arah sasarannya. Kali ini ia mengincar ke arah Caira.

    Ledakan keras terjadi. Debu tebal menutupi pandangan semua orang. Cliff dan Lucas terbelalak melihat hal itu. Mereka tidak mampu bergerak menyelamatkan Caira. 

Sosok berjubah biru itu mendarat tak jauh dari mereka. Ketika debu mulai menipis, sosok lain tampak muncul. Seorang pria berzirah biru tengah berdiri di hadapan Caira sambil memegang sebuah tombak. 

    "Aqualung!" Lucas berseru lega melihat sosok Astralis berelemen air itu berhasil menyelamatkan Caira. 

    "Salah satu Astralis Suci milik Caira," terang pemuda itu pada Cliff yang tampak bingung dan keheranan. 

    "Siapa kau? Aura yang terpancar dari tubuhmu sangat berbeda dari manusia lainnya," selidik Aqualung menatap tajam sosok pria di depannya. 

    "Lancester, Lancester Grim." 

    Tidak disangka pria itu akan menjawab dengan suara kaku pertanyaan Aqualung. Tidak berselang, keduanya telah melesat menyerang satu sama lain. 

***
Dua sosok tampak berjalan melewati rimbunnya pepohonan dan semak-semak. Keduanya terlihat letih dan penampilan mereka agak berantakan. 

    "Kita sudah tiga malam di tempat ini dan belum menemukan jalan keluar," cerocos gadis berkuncir kuda dengan langkah tergesa. 

    Di belakangnya berjalan seorang pemuda yang mengenakan jubah putih bergradasi merah. 

    "Kita ikuti saja aliran sungai ini. Mungkin kita bisa menemukan pemukiman penduduk," ucap pemuda itu kalem. 

    "Dengarkan aku, Rion Angel. Kita berada di tempat asing. Apa maksud Tuan Abel mengirim kita ke tempat ini?" gerutu gadis yang ternyata Lurecia. 

    "Dia menyelamatkan kita, Lurecia. Entah apa yang terjadi padanya. " Rion berkata masih dengan nada tenang. 

    Lurecia hanya mendengus sambil memalingkan wajahnya kesal. 

    "Aku juga memikirkannya, Rion. Lawan yang mengincarmu bukanlah lawan yang bisa dihadapi sendirian," ujar gadis itu lirih sambil menyandarkan tubuhnya ke salah satu pohon besar. 

    Rion hanya menatap Lurecia yang menyandar sambil memainkan rambutnya. 

    "Boleh aku bertanya, Rion?" kata gadis itu tiba-tiba. 

    "Apa itu?" 

    "Pada pertarungan melawan Tuan Mandala, mengapa kau tidak bisa mengendalikan kekuatanmu? Sementara, ketika kuil Lunathea diserang, kau sudah mampu menguasai teknik yang sama," berondong Lurecia pada Rion Angel. 

    "Semua terjadi sewaktu aku berada di labirin ingatan."

***
   

Aqualung dan sosok berjubah biru yang bernama Lancester, masih bertukar serangan dengan tempo yang cepat. Keduanya saling memberikan tekanan pada lawannya. 

    "Aqua Vulnus!" 

    Gelombang biru metalik meluncur ke arah Lancester. Pria berjubah biru itu melompat ke belakang sambil memutar bilah sabitnya. 

Bersambung

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisWhere stories live. Discover now