Chapter 11: Arcanar Asgar

31 17 125
                                    

Sementara di tempat lain....

Di perairan Aspian yang berada di wilayah kekuasaan kuil Asgar, sebuah kapal berukuran sedang terlihat berlayar menembus tenangnya lautan. Langit yang membiaskan warna oranye senja, membuat seorang gadis bersurai hitam panjang, betah berlama-lama memandangi lautan lepas dari atas geladak.

Netra biru mudanya tidak lepas menatap beberapa ekor ikan lumba-lumba yang berenang lincah di sekitar kapal. Sesekali kimono panjangnya tersapu angin senja yang mulai terasa dingin.

"Istirahatlah, perjalanan kita ke Althena masih jauh." Sebuah suara mengalihkan pandangan gadis berusia tujuh belas tahun itu.

Seorang gadis berambut cokelat muda sebahu, tengah berdiri di belakangnya sambil memamerkan senyuman. Sementara, di sebelahnya berdiri dengan gagah sosok pemuda yang penampilannya cukup menyolok dengan rambut hijau yang menghiasi kepalanya.

"Sudah lama aku tidak merasakan segarnya udara lautan lepas, Millia," jawab gadis berambut hitam sambil merapikan pakaiannya yang diterpa angin laut.

"Kau ada benarnya, Caira. Aku pun lupa kapan terakhir kali menikmati udara laut." Millia berdiri di sampingnya, ikut menikmati hembusan angin yang tidak terlalu kencang.

Keduanya terdiam sambil menikmati matahari yang mulai terbenam ke peraduannya, hingga keheningan yang ada disela suara pemuda bersurai hijau yang sedari tadi bersandar di dinding kapal.

"Bagaimana hasil latihanmu, Caira?" tanyanya sambil bersidekap.

"Berjalan baik, Luc," sahut Caira sembari menghadap ke arah pemuda bernama Lucas itu. "Hanya saja ...."

"Hanya apa, Caira?" timpal Millia.

"Kalian masih ingat dengan naga yang menjalin kontrak denganku di gunung Pyrolide?" Caira menjelaskan pada keduanya.

Kedua rekannya serempak mengangguk.

"Aku bisa merasakan aura magisnya, tapi aku tak mampu memanggilnya," ujar Caira sambil melirik segel magis merah terang yang terukir di punggung tangan kanannya.

Millia menyandarkan tubuhnya ke besi pembatas geladak. "Kau harus bersabar, Caira," ucapnya lembut.

"Atau mungkin ...." Lucas menggantung ucapannya, "Sang Raja Naga ingin melihat seberapa jauh kemampuanmu, sebelum kau diakui olehnya."

Beberapa saat kemudian, seekor burung elang hitam terlihat terbang berputar di atas kapal. Lucas mengangkat tangan kanannya dan burung elang itu segera menukik ke arah geladak. Sesaat sebelum mendarat, elang itu bertransformasi menjadi sosok pria berpakaian serba hitam, lengkap dengan cadar yang menutupi sebagian wajahnya dan hanya menampakkan rambut cepak yang sama hitamnya.

Pria tersebut langsung berlutut memberi hormat saat tiba di hadapan Lucas Green.

"Berita apa yang kau bawa Altair?" tanya Lucas saat pria berpakaian ala ninja itu bangkit dari posisinya.

Altair mengulurkan sebuah gulungan perkamen berwarna abu-abu pada pemuda jangkung yang langsung membacanya.

"Dari pengamatan saya, serta keterangan dari korban selamat yang sempat saya temui di Asgar, penyerangan Sky Garden hanya dilakukan oleh satu orang," lapor Altair.

Meskipun Lucas membaca perkamen di tangannya, bawahannya itu tetap melaporkan secara langsung isi laporan yang tertulis di dalam perkamen. Hal itu memang menjadi kebiasaan Lucas, karena pemuda itu ingin memastikan bawahannya bekerja dengan baik dan sesuai standar yang dia tentukan.

"Satu orang?" Lucas mengangkat sebelah alis tebalnya.

"Dari keadaan di Sky Garden, tidak ada tubuh selain anggota guild. Keterangan yang saya peroleh dari Tuan Calahad, menguatkan dugaan bahwa penyerangnya hanya seorang diri, " papar Altair.

Alcholyte Saga : Tujuh Astralisحيث تعيش القصص. اكتشف الآن