FWB

5.8K 394 8
                                    

Kopi hangat, tiramisu cake, dan sebatang sigaret merupakan gambaran sederhana yang luar biasa menenangkan hati saat sore jelang malam tiba. Apalagi udara kali ini sedikit lembab membuat sajian kali ini terasa amat nikmat. Duduk seorang diri di antara kursi kosong meja makan yang bisa muat dua belas orang.


Helaan napas lelah kembali berhembus kala teguran dari wanita paruh baya yang bekerja dengan keluarganya mengalun merdu di telinga.

"Berhenti merokok, Renjun."

"Iya bi, ini yang terakhir." balas Renjun.

"Tidak, matikan sekarang." perintahnya tegas.

Renjun berdecak lalu menjejalkan batang sigaret ke duanya pada asbak, ia menoleh lalu tersenyum pada sosok yang lebih pantas disebut ibu dibanding ibu kandungnya.

"Sudah, bibi."

Sang pelayang langsung memeluk kepala si tuan muda lembut, mengusap surai halus itu penuh sayang. Ia tahu tuannya tengah gundah, maka dari itu sosoknya sebisa mungkin akan menghibur sang tuan.

"Berapa kali bibi bilang padamu berhenti merokok, Renjun. Ada bibi jika kamu gundah atau sedih." ucapnya.

Kepala Renjun mengangguk perlahan, ia menepuk punggung wanita itu mengisyaratkan ia meminta dilepaskan dari pelukan. "Aku ingin keluar. Bibi kunci saja pintunya, aku membawa kunci cadangan."

"Jangan sampai pagi, Renjun."

Lagi lagi Renjun hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia menyambar ponsel dan bungkus rokok yang tergeletak di atas meja lalu berlalu pergi meninggalkan rumah.

..

Uang bukan kebahagiaan, kata mereka yang tak punya. Itu jelas bohong karena jika ada uang manusia bisa membuat kebahagiaannya sendiri. Bagi Renjun ada untungnya juga dia lahir dengan sendok emas di tangan, setidaknya dengan memiliki beberapa keping kartu bisa membuat bahagia.

Matanya berpenjar menatap sekeliling rak camilan dengan berbagai rasa dan merk, walau dirinya tak terlalu suka makanan ringan, Renjun kali ini ingin mengirim sesuatu sembari berkunjung. Pilihannya jatuh pada salah satu merek yang sering temannya beli dan tanpa ragu membeli empat bungkus, dilanjut dengan makanan dan minuman lainnya.

Selesai dengan belanjaan kini badan tak seberapa tinggi itu duduk tenang di balik kemudi Audi hitamnya, memacu kuda hitam itu kearah kawasan tempat kawan sejatinya tinggal. Hatinya sedikit bergemuruh membuat kurva pink miliknya melengkung manis. Sudah lama ia tak berkunjung, akan sangat menyenangkan nantinya.

Dengan menenteng kresek putih Renjun memencet bel salah satu unit di gedung hunian yang ia kunjungi, perlu dua kali mencoba hingga pemilik hunian membuka pintu membuat cengiran lucu Renjun terbit.

"What's up, Mark."

..

Mark pov

Mark tengah memakai bajunya ketika bel berbunyi, itu artinya ada seseorang entah siapa yang berkunjung ke unitnya. Masih dengan rambut yang belum disisir dan dikeringkan Mark memutuskan membukakan dulu pintu pada tamu. Dan pemuda yang amat ia kenal dan rindukan berdiri dengan cengiran lucu di balik pintu.

FLOWER [RENJUN] (✅)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant