From Beach To Love

1.6K 208 3
                                    

Langit mendung dengan angin sejuk yang menerpa bumi. Suara deburan ombak yang keras menabrak karang, terbukti karena suara menyakitkan sekaligus menenangkan itu sampai pada kamar penginapan terdekat. Membuat yang tengah beristitahat semakin tenang. Juga yang tengah tidur semakin terlelap.

Begitu tenang, hening, dan senyap. Kecuali suara alam, tak ada bising lain yang terdengar. Renjun puas, ia akan berterimakasih pada temannya yang merekomendasikan tempat ini untuknya berlibur. Sudah lama Renjun hanya bekerja dan bekerja. Tak ingat istirahat dan rehat.

Sepasang matanya menatap suasana kamar yang mulai gelap, selain karena sore dan mendung, juga dirinya tak menyalakan penerang apapun. Tubuhnya terkunci di atas kasur penginapan. Untuk merubah posisi saja rasanya enggan. Renjun hanya diam sambil menyingkirkan beban di kepala.

Suara jam dinding ikut memakan sunyi bersalama suara alam. Renjun seperti mendengar nyanyian alami. Membuat kantuknya perlahan menghampiri. Di sisa kesadarannya Renjun tak lupa berucap syukur dan berdoa, lalu menutup mata siap menyambut mimpi.


..



Baru kali ini dirinya tetap santai walau langit terang di luar. Biasanya Renjun bangun bersamaan dengan fajar menampakan diri pertama kali. Menyiapkan diri dan keperluan kedua keponakannya yang masih sekolah. Renjun tak keberatan, justru ia merasa kasihan bila harus membiarkan kakak perempuannya kerepotan. Mau bagaimana lagi, rumah yang besar hanya keempatnya yang menempati. Suami kakaknya yang tak tahu diri pergi dengan istri mudanya. Kedua orang tuanya telah meninggal sejak lama. Dan Renjun, dia belum berkeluarga.

"Oh astaga." Renjun bergumam sembari menarik kaki dan tangannya berlawanan arah. Meregangkan tubuh kakunya.

Ia masih diam, kini menyamping menatap pintu beberapa saat sebelum perlahan bangkit duduk. Perutnya keroncongan karena belum terisi apa apa sejak sore kemarin.

"Hari pertama, aku akan diam di pantai sampai bosan." gumamnya.

..

Renjun tak main main dengan niatnya untuk berterimakasih pada sang teman karena berhasil membuatnya berlibur. Walau ia tetap khilaf karena masih memikirkan pekerjaan, namun sungguh, tempat ini sangat menakjubkan. Satu jam duduk di pantai belum membuatnya bosan. Suasana ini memang betul betul yang Renjun butuhkan. Walau pemandangan menganggu dari pasangan yang liar sedikit membuatnya mengelus dada.

"Ah, habis lagi."

Gelas kedua dari lemon teanya sudah tandas. Menandakan bahwa dirinya harus memesan kembali. Renjun hendak beranjak sebelum uluran kelapa hijau membuatnya diam.

Dahi Renjun berkerut bingung.

"Permisi?" tanyanya.

Lelaki di sampingnya tersenyum. "Aku melihatmu menatap gelas kosong itu. Jadi ambil ini, belum kusentuh karena penjual salah memberikan pesananku."

Ah, "makasih banyak, lalu kamu?" tanya Renjun. Ia meraih satu buah kelapa hijau yang sudah di kupas atasnya. Lengkap dengan sedotan, siap minum.

"Pesananku masih dibuat."

"Oke, makasih banyak." ucap Renjun tersenyum.

Lelaki dengan kemeja pantai berwarna hijau itu tersenyum. "Sedang berlibur atau ... ada agenda pekerjaan?"

"Berlibur biasa." jawab Renjun. "Kalau kamu?"

"Aku pengunjung rutin pantai ini. Rumahku tak jauh dari sini. Kebetulan sedang ingin bersantai." jelasnya.

"I see .." angguk Renjun.

"Kamu? sering kesini juga?"

Renjun menggeleng, "ini kunjungan pertamaku, teman kantorku menyarankan tempat ini dan ternyata sebagus yang orang orang bilang." kekehan kecil terdengar diakhir kalimat karena mengingat Hendery yang menggebu gebu mendeskripsikan tempat ini.

FLOWER [RENJUN] (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang