Kotak Pandora

3.2K 287 3
                                    

Doyoung merasa dirinya begitu aneh belakangan ini. Terlebih jika dipikir mungkin lebih pantas dikatakan Doyoung gila. Ya, hanya orang gila yang diam saja menyaksikan satu persatu kebahagiaannya pergi. Diam dan menikmati kesengsaraan yang perlahan menyelimuti seperti mayat hidup walau otak dan organ lainnya masih berfungsi.


Doyoung malam ini berfikir keras, seperti tersadar pasca puluhan ribu waktu berjalan tanpa sepengetahuannya. Hanya diam menikmati suara merdu yang mendayu hati yang berasal dari lelaki lain di ruang luas kamarnya, tanpa kopi, tanpa teh, tanpa semilir angin yang biasa tergambar dalam sebuah novel, hanya suara Renjun.

"Pertama calon istriku." gumam Doyoung, Renjun berhenti memetik gitar dan bernyanyi.

Doyoung sebisa mungkin merangkai ingatan yang seperti berlalu begitu saja. Calon istrinya, entah kapan tepatnya, wanita lemah lembut itu memutuskan hubungan mereka setelah dua tahun bersama. Alasannya tak masuk akal bagi Doyoung, karena Renjun katanya. Cih. Apa salah lelaki itu sampai calon istrinya terganggu? apa hubungannya pula? benarkah wanita itu merasa tersaingi oleh seorang lelaki, Renjun?

"Lalu adikku." gumam Doyoung.

Adik Doyoung, ah remaja manis yang selalu memakai pernak pernik pink itu sudah berapa bulan tak menghubunginya ya? sejak dirinya terlihat sedang berpelukan bersama Renjun, tapi kenapa? Doyoung kala itu hanya menuruti perintah Renjun untuk memeluknya tanda berbagi kesedihan pasca putus dari calon istrinya. Seharusnya adiknya berterimakasih pada Renjun, lelaki itu selalu bersedia menemani Doyoung di masa terpuruknya, kan?

"Hyung."

Doyoung menoleh kala suara bagai tiupan seruling memanggilnya. Renjun menatapnya dari atas kasur yang berantakan, ulah Renjun yang selalu tidak bisa diam kala menyentuh benda pribadi itu.

"Kenapa berhenti? ayo nyanyikan lagi aku lagu." ucap Doyoung.

Renjun menggeleng membuat Doyoung terkekeh pelan. Ia bangkit dari kursi empuknya dan berjalan mendekat pada sosok lebih pendek darinya itu. Malam ini Renjun terlihat berbeda dari hari sebelumnya, selalu seperti ini, Doyoung merasa setiap pertemuannya dengan Renjun selalu berbeda. Kemeja nude dan celana hitam yang Renjun pakai terlihat menarik malam ini.

"Belum ingin makan?" tanya Doyoung.

Renjun menggeleng lagi. "Aku akan melewati makan malam kali ini."

"Hey, jangan aneh aneh, Renjunie. Ayo membuat sesuatu di dapur. Kau harus makan."

"Tidak mau."

Doyoung membawa kedua tangannya pada belah pipi Renjun untuk ia cubit. Membuat lelaki itu meringis dan membalas dengan memukul bahu Doyoung.

"Bolehkah aku tidur disini?" tanya Renjun.

Doyoung menyerngit, selama dua tahun ia mengenal pemuda itu, baru kali ini Renjun meminta tidur dirumahnya. Biasanya, semalam apapun mereka selesai bersama, Renjun akan pulang, tak pernah mau jika Doyoung atau mama Kim menyuruh menginap.

"Boleh, tentu saja. Tapi kenapa tiba tiba?" tanya Doyoung.

"Aku akan menunjukan sesuatu padamu."

Doyoung menatap Renjun dengan kekehan. "Baiklah, tunjukan padaku, tapi kau harus mandi dulu lalu bantu aku membereskan ini." Doyoung menunjuk kearah benda yang mereka duduki.

FLOWER [RENJUN] (✅)Where stories live. Discover now