11| Gelang

8.6K 2.2K 940
                                    

Masih ada yang nunggu?

Spam love item yuk🖤

Raline mengetukkan jari jemarinya diatas meja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raline mengetukkan jari jemarinya diatas meja. Bibirnya mengerucut sembari memikirkan isi tulisan milik Radheya yang ia temukan di dalam loker.

Sayangnya, Raline tidak bisa memeriksa jurnal dan kertas itu sekarang. Di dalam kelas masih ramai orang.

"Bosenin banget sih," bisik Geyzia membuka percakapan di sela pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang terasa membosankan.

"Huft," Dhea mendengus. "Bu Dana juga ngajarnya kaku banget anjir, bikin ngantuk."

Geyzia manggut-manggut. Raline hanya menyimak pembicaraan sembari sesekali melihat papan tulis.

"Enaknya sih sambil ngemil. Lin, lo bawa coklat dari belgia lagi nggak?" tanya Geyzia memandang Raline antusias.

"Hm?" Raline berdeham kaget. "Belgia?" Raline berdiam sesaat, lalu melanjutkan bicaranya kaku. "Oh, sekarang nggak. Ehm, kapan-kapan kalo bokap gue ke belgia lagi, ya, gue-bawain. Iya."

Sheryl turut menimbrung, memajukan badannya berbisik. "Lo sekarang jarang bawa bingkisan buat dibagiin lagi, Rin. Tumben?"

"He?" Raline mengusap rambutnya kaku, tersenyum simpul. "Bokap gue- masih di luar negeri sih belum ada balik."

"Enak ya jadi lo, Lin. Bokap lo ke luar negeri terus," puji Dhea. "Lo nggak ada niatan buat ikut bokap lo gitu?"

"He? Uhm-" Raline menggelengkan kepalanya. "Kalo gue ikut kan-gak bisa bareng kalian."

Sheryl terkikik. "Ya elah, Lin. Kayak nggak bakal balik lagi aja. Eh gue punya ide deh, gimana kalau liburan semester nanti kita liburan bareng ke Belgia? Setuju nggak?"

"He?" Raline sontak membulatkan bola matanya.

"Sher!" seru Geyzia. "Ide lo aneh-aneh aja, ya. Kan jadi mau!"

"Boleh juga tuh! Kita liburan bareng."

"Oke, pada setuju kan? Deal ya!" seru Sheryl, menyambut tangan gadis-gadis itu bergantian sebagai tanda persetujuan.

"Deal."

"Sikat deh. Kan ada Raline juga, pasti bisa bantu kan kalo ada yang kurang. Iya nggak Lin?"

Raline hanya menyengir kaku sebagai respon. Kali ini Sheryl menjulurkan tangannya ke arah Raline, untuk persetujuan yang sama seperti yang lainnya dari gadis itu.

Raline tidak yakin, namun ia juga tidak ingin kekayaan palsunya terbongkar. Hanya ini cara satu-satunya agar ia memiliki teman.

Dengan pasrah, Raline menganggukkan kepalanya dan menyambut tangan Sheryl. "Oke."

Namun dalam beberapa detik setelah menyambut tangan gadis yang terkenal hedon itu, Raline baru menyadari sesuatu yang tak asing pada pergelangan tangan Sheryl. Sudut bibir Raline turun perlahan, ditatapnya benda di tangan Sheryl lamat-lamat.

Hipokrit ✔️Where stories live. Discover now