38|Dicurigai Tersangka

2.9K 1.1K 1.2K
                                    

Jam berapa baca hipokrit part ini?

Spam love item sebelum membaca🖤

Ada typo tegurin ya^^

Raline tengah duduk seorang diri di bangku pinggir lapangan sembari memandangi ponselnya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raline tengah duduk seorang diri di bangku pinggir lapangan sembari memandangi ponselnya sendiri.

"Raline?" Sapaan seseorang barusan membuat Raline menoleh.

Rayyan duduk di sebelahnya, sembari tersenyum hangat. "Sendirian aja?"

Raline mengulum senyum. "Temen-temen gue pergi semua." Raline terkekeh pelan. "Entah mereka nganggep gue temen beneran atau enggak, yang jelas gue tinggal sendiri sekarang."

Rayyan memberikan senyum hangat padanya, mengusap rambut Raline lembut. "Lo masih punya gue."

Raline tersenyum. Kembali menundukkan kepala, meratapi layar ponselnya sendiri.

"Geyzia ternyata ngechat gue sebelum meninggal."

Rayyan mengerutkan kening, seolah khawatir. "Ngechat apa? Lo mungkin bisa jadi ditanya-tanya lagi sama inspektur."

Raline mengedikkan bahu sekilas. "Dia ngaku kalo dia pernah nyampurin bubuk risin ke minuman Radheya. Tapi yang ke gue waktu itu, yang berakhir bikin Dea meninggal, itu murni bukan dia. Bukan dia pelakunya."

"Lo percaya?"

Raline manggut-manggut ragu, lalu mengedikkan bahu. Jika memang benar bukan Geyzia, itu berarti memang murni ulah sang penerornya.

Raline menyadari bahwa memang ada banyak kesamaan antara dia dan Radheya. Tapi untuk perihal racun risin, jika bukan Geyzia pelakunya, maka siapa lagi?

"Tapi gue rasa Geyzia udah ngomong sejujur-jujurnya. Mungkin ini memang murni ulah peneror gue. Mungkin dia sengaja biar bikin Geyzia inget lagi sama kesalahannya di masa lalu. Peneror itu niat ngehancurin gue... dan juga beberapa orang yang terlibat sama kasusnya Radheya. " Raline mengerutkan keningnya, mengucapkan kalimat yang tidak ia sadari, kalimat yang seharusnya tidak ia ucapkan sefrontal itu.

"Peneror lo?"

Raline tersentak. Baru sadar ia keceplosan. Raline buru-buru menggelengkan kepala. "Penyidik mau datang lagi ya?"

Rayyan manggut-manggut. "Sekolah kita kena kasus berturut-turut. Penyidik mungkin bakalan lebih sering datang."

"Geyzia...?"

"Udah dibawa tadi." Rayyan menarik napasnya. "Kayaknya Geyzia keracunan. Belum tau keracunan apa."

"Tapi ciri-cirinya persis waktu Dea meninggal dulu." Raline berpikir sejenak. "Reaksinya lebih cepat. Mungkin dosis racunnya lebih tinggi."

Rayyan manggut-manggut. Raline menoleh. "Menurut lo, dari thread twitter yang Geyzia post, mungkin nggak sih semua ini direncanain?"

Rayyan memandang Raline heran mendengar terkaannya. Lalu terkekeh. "Direncanain gimana maksud lo? Mungkin memang cuma kebetulan."

Hipokrit ✔️Where stories live. Discover now