23| Kehilangan dan Party

5.3K 1.6K 1.1K
                                    

Jam berapa baca hipokrit?

Baca hipokrit sambil?

Spam love item sebelum membaca🖤 jangan lupa share cerita ini yaa!

Kalau post bagian bab yang kalian suka di story jangan lupa tag @akunhipokrit dan @cutputri.kh yak!

Raline mengembuskan napasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raline mengembuskan napasnya. Waktu terus berjalan, tapi sampai sekarang ia masih belum menemukan titik terang. Lalu harus apa Raline sekarang?

"Eh? Melamun?"

Raline tersentak saat merasakan embun dari botol minuman dingin yang ditempelkan ke pipinya. Menolehkan kepala dan mendongak, mendapati Rayyan yang tengah berdiri di sebelahnya.

"Rayyan?"

Lelaki yang disebut namanya itu tersenyum. Kemudian turut duduk di sebelah Raline di bangku yang sama, bangku di depan kelasnya.

"Jarang keliatan semenjak jadi ketos. Sibuk banget ya?"

Rayyan manggut-manggut, mengakui itu. Kemudian menyodorkan minuman dingin tadi pada Raline yang spontan disambut gadis itu.

Tapi Raline tidak meminum pemberian Rayyan. Agaknya masih trauma dengan pemberian minuman seperti ini. Insiden perihal Dhea masih belum ia lupakan.

"Nggak ada racunnya kok. Kayak kaku gitu liatnya." Rayyan terkekeh sendiri, yang dibalas cengiran oleh gadis di sebelahnya.

"Makasih."

Rayyan manggut-manggut. "Gue turut minta maaf atas skandal perihal lo."

Raline menoleh bingung. Agaknya belum paham dengan berita apa yang Rayyan maksud.

"Soal anak-anak Satya Bangsa yang pada ngira lo pembawa sial. Penyebab Rafathan meninggal."

Ah, gosip yang itu rupanya. Sampai sekarang anak-anak Satya Bangsa masih bersikap aneh padanya. Bahkan sesekali ketahuan membicarakannya dari belakang. Mereka tidak tau saja kalau pelaku sebetulnya adalah penerornya! Tapi Raline tidak punya bukti apapun untuk membela diri sendiri.

"Iya, nggak apa-apa."

Tapi, bukannya harusnya Raline yang meminta maaf?

"Lo— pasti masih sedih karena kehilangan abang lo."

Rayyan agaknya diam sesaat seolah mencerna kalimat yang Raline gumamkan barusan. Lalu terkekeh samar, kemudian tersenyum tipis. Mengangguk sekilas.

"Dulu gue juga pernah ngalamin kehilangan."

Raline memperhatikan lelaki itu, agaknya tertarik dengan pembahasan Rayyan. "Kehilangan... siapa?"

"Pacar gue."

Raline membulatkan mulutnya. Baru tau perihal itu.

"Gue gagal lindungin dia. Seharusnya gue bisa lebih berani dulu," kata Rayyan lagi. Rautnya terlihat murung setelah menceritakan itu.

Hipokrit ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang