14| Minuman

8.5K 2.1K 1.5K
                                    

Jam berapa baca hipokrit?

Sejauh ini, siapa tokoh yang kamu suka?

Siapa tokoh yang nggak kamu suka?

Raline baru saja menginjakkan kakinya di lantai SMA Satya Bangsa ketika panggilan suara yang menyapanya membuat Raline menoleh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raline baru saja menginjakkan kakinya di lantai SMA Satya Bangsa ketika panggilan suara yang menyapanya membuat Raline menoleh.

Geyzia tersenyum sembari melambaikan tangannya. Ketiga gadis itu—Dhea, Sheryl, Geyzia, lantas menghampiri Raline yang baru datang.

"Raline," sapa Geyzia ramah sembari tersenyum. "Eh, lo berangkat naik apa?" tanyanya sembari celingak-celinguk.

"Pasti sama mobil BMW i8 lo kan?" terka Sheryl.

"Hah?" cengo Raline.

"Ya ampun. Mobil lo yang pernah di post di IG lo itu loh, gak usah sok keong deh."

Raline membuka mulutnya, manggut-manggut paham sembari menyengir kaku. Mengusap tengkuknya.

"Supir lo kok nggak nganter lo sampe masuk ke dalam sih?" Kini Dhea yang ikut menimbrung.

Mereka benar-benar merepotkan, membuat Raline kelimpungan di pagi ini dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Pasalnya, Raline tidak pernah naik mobil pribadi ke sekolah. Toh, punya saja tidak. Yang waktu itu saja milik salah satu sugar daddynya. Lalu mau menjawab apa dia sekarang?

"I-itu..." Raline meneguk salivanya kaku. "Enggak, gue tadi naik taksi ke sekolah. Mobil gue lagi di bengkel soalnya, di service."

"Kok nggak bilang sih, Lin? Kan bisa bilang sama kita. Sheryl mau kali jemput ke rumah lo," kata Geyzia tersenyum.

Raline hanya membuka mulut manggut-manggut kaku lalu tersenyum simpul. Untungnya, ia masih bisa menyimpan kebohongannya rapat-rapat.

Kecuali jika si peneror itu mengetahui semuanya. Benar-benar semuanya. Lalu menyebarinya.

Raline, tamat saat itu juga.

"Hai, Raline," sapa Rayyan yang tiba-tiba muncul sembari memamerkan senyum manisnya. Rayyan melirik ketiga temannya yang lain, mengedikkan alis sebagai sapaan.

Geyzia yang melihat presensi Rayyan di dekatnya, diam-diam mengulum bibirnya tersenyum sembari menatap laki-laki itu.

"Hai, Rayyan."

"Bisaan doang cuma nama Raline yang disebut. Kita-kita juga kali, terutama Geyzia," sindir Sheryl melipat tangannya di dada. Rayyan hanya terkekeh.

"Gue boleh titip sesuatu nggak sih?" Lelaki itu bertanya.

"Nggak boleh," ketus Sheryl.

Geyzia menepuk punggung tangan Sheryl sembari mendecak. "Mau titip apaan, Rayyan?"

Rayyan menaikkan jarinya meminta menunggu sebentar. Mengeluarkan amplop surat dan hendak menyodorkannya. Geyzia baru saja ingin mengambilnya, namun Rayyan ternyata mengarahkan surat itu ke Raline.

Hipokrit ✔️Where stories live. Discover now