ᗷᗩᘜIᗩᑎ 7 || pílíhαn

470 56 14
                                    

Alangkah baiknya membaca deskripsi cerita dulu ok?

•~•

Yaya tersenyum saat Ice mengirim pesan bahwa buku yang dia inginkan sudah sampai. Yaya loncat-loncat senang sambil terus menatap foto yang dikirim oleh Ice.

"Ice sungguh baik hati," ucapnya setelah puas loncat-loncat.

Yaya mengirimkan pesan terimakasih kepada Ice. Lalu merebahkan tubuhnya ke kasur, ia jadi lelah setelah loncat-loncat. Yaya baru ingin memejamkan mata, tetapi mendengar pintu kamarnya terbuka, Yaya mengurungkan niatnya.

Yaya melihat ke arah pintu, Halilintar menatapnya datar. Dengan cepat Yaya bangun dari kasurnya.

"Ada apa?"

"Siap-siap, aku ingin pergi ke rumah Mama."

Perkataan Halilintar belum Yaya respon. Yaya masih memprosesnya. Yaya paham bagian Halilintar ingin pergi, tapi Mama, maksud Mama disini Mama nya?

"Mama siapa?"

Halilintar memutar matanya jengah, "Tentu saja Mama mu,"

"Ah, baiklah."

•~•

"Aku dengar Ice tinggal disekitar sini."

Yaya menoleh, merasa heran karena Halilintar membahas Ice. Sejak mereka nikah, Halilintar itu tidak suka membahas yang namanya Ice.

"Ya, cuma jarak 8 rumah dari rumah Mama." Setelah itu hening lagi.

Sampai di depan rumah, Halilintar dan Yaya melepas sabuk pengaman. Yaya keluar pertama, lalu disusul dengan Halilintar. Halilintar mengerutkan dahi saat melihat ada orang yang menunggu di pagar.

"Loh Ice? Ngapain di rumah?"

Ice berjalan mendekati Yaya tanpa memperdulikan Halilintar yang menatapnya. Ice mengacak rambut Yaya, entah kenapa perasaan Ice menjadi tidak enak. Merasa akan terjadi buruk kepada hubungan mereka.

"Adik mu tadi kerja kelompok, Mama nggak ada temannya jadi aku temani." Lalu menurunkan tangannya dari rambut Yaya.

"Kok Mama nggak telfon aku sih? Kan kamu sibuk sama tugas,"

"Kamu juga sibuk," Yaya mengerucutkan bibirnya kesal.

Halilintar pura-pura batuk untuk menyadari Ice dan Yaya bahwa masih ada dirinya. Ice yang mengerti langsung menatap dingin Halilintar.

"Butuh minum?" Tanya Ice sinis.

"Tidak,"

Yaya menatap Ice dan Halilintar bergantian. Mengingat rasa penasarannya belum terjawab, Yaya akan terus memperhatikan. Dia mencoba untuk memecahkannya sendiri tanpa diketahui Ice maupun Halilintar.

"Hali, ayo masuk. Mama sepertinya sudah menunggu," ucap Yaya merasa tidak ada perbicangan lagi.

Halilintar mengikuti Yaya, dia berjalan masuk sambil matanya terus ia arahkan ke Ice. Baru waktu ia masuk ke rumah Yaya, Halilintar mengalihkan pandangannya.

"Kau terlalu tersulut pada rasa benci mu, Kak Lintar. Sehingga kau tidak bisa melihat kebenaran nya." Ice melenggang pergi.

•~•

Ice mengusap-usap rambutnya menggunakan handuk. Dia menatap hpnya yang ia taruh di meja belajar. Ice mengerutkan dahinya melihat pesan dari nomor tak dikenal.

Ice menaruh handuknya di kursi belajar nya, lalu mengambil hp.

Unknown
Besok ketemuan di cafe yang kamu suka datangi dengan Yaya.

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang