𝔹𝕒𝕘𝕚𝕒𝕟 14 || 𝑺𝒂𝒌𝒊𝒕

225 31 9
                                    

Hatchimm!

Yaya mengusap-usap hidungnya. Hidungnya sangat gatal. Ia tidak tau mengapa tiba-tiba bisa masuk angin. Seingatnya dia kemarin terkena hujan tapi langsung mandi sampai rumah. Apa karena dia kemarin tidak makan vitamin?

Bahkan tubuhnya sangat panas. Yaya merasa ia demam sekarang. "Kenapa harus hari ini sih sakitnya?"

Halilintar mengetuk pelan pintu kamar Yaya. Lalu Halilintar membuka pintunya pelan, takut menganggu Yaya yang sedang istirahat. "Yaya.. makan dulu yuk."

Yaya menoleh. Halilintar sedang membawa nampan yang terdiri dari mangkok yang berisi bubur, air, dan obat-obatan. Yaya mencoba untuk duduk tapi dia sedikit kesusahan. Halilintar yang peka, langsung menaruh nampan itu di atas meja samping kasur Yaya. Kemudian membantu Yaya duduk, menyenderkan tubuhnya ke bedframe kasur Yaya.

"Hali nggak ada jadwal kuliah?"

"Sebenarnya ada, tapi aku hari ini izin.. aku ingin merawatmu." Yaya mengerjapkan matanya, lalu tersipu, terbukti pipi Yaya yang memerah.

"Ti-tidak apa-apa, aku bisa menjaga diri sendiri." Halilintar menggeleng, "ini tugas suami."

Halilintar mulai menyuapi Yaya perlahan-lahan. Saat tinggal sedikit, Yaya menolak. Yaya sudah kenyang. Tapi Halilintar memaksa untuk menghabisinya. "Aku sudah kenyang, Hali. Aku tidak bisa menghabisinya."

Halilintar menghela nafas, "baiklah, ayo minum obatmu." Kemudian Halilintar mulai mengambil obat Yaya satu-persatu. Lalu memberikan pada Yaya. Yaya memasukkan ke dalam mulutnya. Setelah itu Yaya meminum air putih yang dibawa Halilintar. Halilintar mengisyaratkan agar Yaya tidur kembali.

"Aku akan menjagamu di luar, jika kau butuh apa-apa, hubungi aku."

Kalimat terakhir yang diucapkan Halilintar sebelum keluar.

- Ice menjauh dan Halilintar semakin lembut pada dirinya, sebenarnya apa yang terjadi?

•••

Ice menggigit bibir bawahnya, oh ayolah.. ia khawatir sekali dengan keadaan Yaya. Bagaimana ceritanya Yaya bisa jatuh sakit? Bukankah kemarin ia baik-baik saja? Ice mengusak rambutnya. Ia tidak tenang jika ia belum melihat keadaan Yaya. Tapi tunggu- mengapa dia harus khawatir? Ia lupa jika dalam fase menjauh.

"Taufan bilang Halilintar merawatnya jadi aku tidak perlu khawatir."

Ya benar.. Ice tidak usah khawatir bukan?

"Ice.. apakah kau tau pembangunan yang berada di dekat perempatan di depan itu?" Ice menggeleng.

"Aku dengar pembangunan itu dari Taufan, kamu kenal Taufan kan?"

Ice menoleh, "katanya sih pen dijadikan toko bunga. Oh, oh, apa kamu tau? Buku yang dibuat Kaizo akhir-akhir ini, yang baru itu.. disitu diceritakan si Angin membuat toko bunga. Tempatnya persis disana."

Bentar, Angin..? Ice menggeleng, si Kaizo itu pasti asal-asalan bikin nama. Tapi bukankah- tidak, Ice yakin si Kaizo itu pasti mengarang saja. "Kau harus membacanya, Ice. Ceritanya sangat seru. Aku yakin kau akan menyukainya!"

Haruskah?

Dengan begitu dia pasti tau apakah si Kaizo benar-benar tau tentang masalah keluarganya atau tidak. Ia jadi penasaran. "Apakah sebelumnya dia pernah membikin cerita seperti itu?" Syifa mengerjapkan matanya, "kurasa tidak." Mungkin memang benar dia harus membacanya. Mencari tau asal-usul kenapa Kaizo membuat cerita yang persis dengan kehidupan-kehidupan yang dijalani mereka.

"Ngomong-ngomong, aku tidak pernah melihat Yaya. Kemana dia?"

Ice berhenti sebentar yang sedang dilakukannya. "Sakit.." tidak mungkin Ice akan jujur bahwa dia menjauhi Yaya. Bisa saja Syifa tambah bertanya dan Ice malas untuk menjawabnya.

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang