Bagian 19 || Miss you so much

226 30 9
                                    

Selepas Ice membeli es krim, Ice duduk di bangku yang disediakan di depan minimarket. Ia membuka es krim itu dan tepatan ada seorang anak jatuh di hadapannya. Ice dengan cepat menghampiri anak yang jatuh itu.

"Hei, kau tidak apa-apa?" anak itu menggeleng, ia duduk dibantu Ice. "Ka-kakiku terluka." Dan benar saja, lututnya terluka. Ia menggendong anak itu untuk duduk di tempat yang ia tempati tadi. Ice melirik es krimnya, sudah setengah cair, kemudian Ice menghela nafas.

"Tunggu sebentar, aku akan beli obat-obatan di dalam, kau duduk disini dulu." Anak kecil itu mengangguk. Ice dengan segera membeli barang yang ia perlu seperti kapas, betadine, dan hansaplast. Lalu ia membeli es krim dan coklat untuk dirinya dan anak yang tadi. Selesai bayar, Ice segera meletakkan semua barangnya di dekat anak itu, anak itu hanya melihat.

"Kakak ganteng dan baik hati." Ice tersenyum, "terimakasih pujiannya. Oh iya, ini es krim dan coklat untukmu, dimakan es krimnya biar tidak leleh nanti." Mata anak itu berbinar, "terimakasih kakak ganteng!" kemudian Ice mengobati kaki anak itu dan anak itu menikmatinya sembari memakan es krim.

"Sepertinya kak Syifa mencariku, kak." Ice mematung, oh, jadi anak yang ia obati adalah adik Syifa. Mengapa dunia sangat sempit?

"Setelah diobati, ayo nanti kita ke Syifa." Anak itu mengangguk, "kakak kenal kak Syifa?"

Ice tidak menjawabnya, "selesai, kau bisa berdiri sekarang." Anak itu beranjak, Ice membereskan barang-barangnya. Selepas membereskan, Ice menggengam tangan anak itu dengan satu tangan lainnya memegang es krim yang sudah dibuka dan keresek berisi barang-barang yang dibelinya tadi.

"Dimana Syifa?"

"Di taman, kak." Mereka pun berdua ke taman dekat minimarket. Anak itu berceloteh banyak hal, tentang Syifa, tentang kehidupannya, dan lain-lain. Ice hanya tersenyum menanggapinya.

"Itu kak Syifa!" menunjuk Syifa yang sedang memeriksa sesuatu. Mereka segera menghampiri Syifa, "kak Syifa!" Syifa menoleh, matanya membulat dan tubuhnya seketika menegang. "Kak Syifa, kakak ganteng ini tadi mengobatiku, aku terjatuh tadi." Lantas atensi Syifa beralih pada lutut adiknya. "Ba- hufftt, kau ini, sudah kubilang tidak usah lari-lari. Kau tidak apa-apa?" Syifa jongkok tuk menyesuaikan tingginya dengan tinggi adiknya.

Adiknya hanya tersenyum, "tidak apa-apa, kak! Oh, oh, kakak ganteng ini juga memberiku coklat dan es krim." Syifa hanya tersenyum, "sudah mengucapkan terimakasih?" adiknya mengangguk. Kemudian Syifa beralih ke Ice, "terimakasih, Ice, aku tidak tau bagaimana jika tidak ada dirimu disana." Ice menggeleng pelan, "tidak apa-apa, btw, adikmu lucu ya."

Syifa tertawa kecil, "haha, terimakash. Selepas ini, kau akan kemana?"

"Pulang." Syifa tersenyum, "baiklah, hati-hati di jalan." Ice mengangguk kemudian ia mengusap kepala adik Syifa, "kakak ganteng ini izin pamit pulang ya.." adik Syifa mengangguk-angguk. "Hati-hati, kak!" Ice menepuk pelan kepala adik Syifa. Ice pun pergi.

Syifa melihat punggung Ice yang sudah menjauh, adik Syifa sendiri pun senyum-senyum. "Kak Syifa dan kakak ganteng itu saling kenal, ya?" Syifa menepuk pelan pipi adiknya, "nakal." Adiknya hanya menyengir.

"Kak Syifa suka sama kakak ganteng!"

•••

Halilintar semakin pusing, Amato meminta untuk menemuinya. Pasti perihal Yaya yang keluar dari kampus. Sepanjang perjalanan menuju kantor Amato, Halilintar memijit pelipisnya, ia pusing karena tidak tau harus menjawab apa.

Halilintar masuk ke dalam lift, lalu ia memencet tombol angka dua puluh karena lantai itu tempat kantor Amato. Lift itu bergerak, pikiran Halilintar terus memutar memori bersama dengan Yaya. Halilintar berdesis, ia benci dimana pikirannya terus berpikir tentang Yaya.

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇWhere stories live. Discover now