𝔹𝕒𝕘𝕚𝕒𝕟 12 || 𝒅𝒂𝒚 5

210 35 9
                                    

"Perlu bantuan, Ya?" tawar Halilintar.

Yaya menoleh, "tidak, sebentar lagi selesai."

Halilintar acuh tak acuh, ia pun duduk di meja makan, menunggu sarapan yang sedang dimasak Yaya. Selepas duduk, Halilintar hanya melihat kegiatan Yaya yang mondar-mandir. Tak lama, Halilintar melirik meja makan, tidak ada secangkir kopi disana.

Halilintar menghela nafas, "Ya, kopiku mana?"

Yaya berbalik badan, saat dia melihat meja makan tidak ada apa-apa, Yaya segera membuatkan kopi untuk Halilintar. Akibat keburu-buru membuat kopinya, Yaya tak sengaja terkena air panas saat menuangkan ke cangkir yang sudah disiapkan.

"Aw! Panas!"

Segera Halilintar beranjak dari duduknya dan menuju ke Yaya berada. Ia mengecek tangan Yaya yang tadi terkena air panas. Tangannya terlihat sedikit melepuh.

"Ceroboh." Yaya mengerucutkan bibirnya.

"Maaf," lirih Yaya.

Dibawakan tangan Yaya ke tempat cuci piring. Kemudian Halilintar menghidupkan kran, tangan Yaya pun diulurkan ke air yang mengalir dari kran.

Yaya meringis, "tahan, jangan menangis."

"Siapa yang menangis?"

"Ya kamu."

"Ih.. aku nggak nangis."

"Jangan berbohong,"

Yaya kesal, tapi ia tak membalas ucapan Halilintar. Kemudian dia melihat tangannya yang berada di bawah air mengalir. Rasa perihnya seketika menghilang, ia tak meringis seperti tadi. Malah Yaya menahan diri untuk tidak tersenyum hanya karena perilaku kecil Halilintar.

"Ya, nanti malam ada festival, mau kesana berdua?"

Mata Yaya berbinar, tapi ia tiba-tiba teringat dengan tawaran Ice yang juga mengajaknya ke festival. Yaya menjadi murung seketika.

"Ice sudah mengajakku."

Halilintar terdiam.

"Oh kalau begitu, aku bersama Ying saja." Kemudian pergi meninggalkan Yaya.

Sepeninggalan Halilintar, Yaya hanya tersenyum miris.

•••

"Ice, malam ini ada festival. aku--" karena melihat wajah Ice yang tak bersahabat, Syifa menjadi tak berani untuk mengungkapkan pada Ice bahwa ia ingin pergi ke festival bersamanya.

"Aku sudah bersama Yaya."

Syifa tersenyum kikuk. Ice memang suka to the point kepadanya. Jadi mau tak mau, Syifa harus memiliki mental kuat untuk menghadapi Ice.

"Tidak bisakah-"

"Tidak." Ice memotongnya karena ia tau Syifa lagi mengajaknya untuk pergi ke festival.

"Ice!" Syifa menjadi sedikit emosi karena penolakan Ice.

Ice seketika menatap tajam ke Syifa, "apa lagi yang kau ingin bicarakan?"

"Kenapa kau tidak mau?"

Ice tersenyum sinis, "heh, sudah kubilang aku bersama Yaya."

"Sekali ini saja, tidak bisakah?"

Ice menggeleng.

"Maaf Syifa, seharusnya kau tau.. sampai kapanpun kau ingin aku menyukaimu kembali, aku tidak akan pernah." Kemudian pergi begitu saja tanpa mau melihat muka Syifa yang terkejut dengan ucapannya.

Mata Syifa terbuka lebar, jadi selama ini Ice tau dia menyukainya? Apa kelihatan sekali bahwa dia menyukainya dan ingin membuat Ice menyukainya kembali? Tangan Syifa terkepal erat, ia.. menjadi canggung jika nanti ketemu Ice.

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang