míní chαptєr [ ʜᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × ʏᴀʏᴀ ]

522 50 7
                                    

[ Spesial Mini Chapter ]

Ada yang kangen dengan Haliya di mini chapter?:)

Warning!

Mini chapter ini mengandung spoiler bagian dalam ending.

•~•

"Yaya! Astaga! Kamu ngapain disitu?"

Halilintar menatap ke atas, tepatnya ke Yaya dengan wajah khawatir. Halilintar baru saja pulang, langsung disuguhkan dengan satpam dan para pembantunya sedang berseru membuat Halilintar tertarik. Kemudian menemukan Yaya yang sedang duduk di pohon jambu yang tengah musim berbuah.

"Mau jambu! Ambilkan jambu!" Rengek seperti anak kecil.

Halilintar menyuruh satpam dan para pembantu untuk meninggalkan mereka berdua. Halilintar mengatakan dia akan menangani Yaya sendirian.

"Iya, aku yang akan ambilkan. Kamu turun dulu," mengangkat kedua tangannya untuk membantu Yaya turun.

Yaya menggeleng dengan wajah imutnya. Yaya mau Halilintar mengambil jambu dulu baru dia akan turun. Yaya menepis tangan Halilintar menggunakan kakinya.

"Nggak mau! Ambilkan jambu dulu Hali! Aku mau sekarang!" Sambil memukul-mukul pohon.

"Jangan diturutin apa yang diminta anak kita, Yaya."

Yaya mendelik tajam pada Halilintar. Enak saja Halilintar bilang jangan diturutin. Kalau anaknya akan mengamuk di dalam perut bagaimana? Memangnya Halilintar yang menenangkan ntar?

"Enak aja! Pokoknya aku mau jambu! Ambilkan jambu atau aku akan terus duduk disini sampai jambu nya diambil!"

Halilintar itu suka emosi, maka dari itu Halilintar tidak sengaja membentak Yaya. "Turun! Atau nggak aku akan tinggalkan kamu disitu!"

Mata Yaya sudah berkaca-kaca. Ibu hamil itu memang sangat sensitif jika dimarahi. Dan Halilintar membentaknya sama saja membuat Yaya perasaannya menjadi sensitif.

"Ka-- kau mem-- membentak ku, Hali?"

Mulut Halilintar membungkam. Halilintar menepuk dahinya, sadar akan kesalahannya. Halilintar langsung menatap Yaya menyesal.

"Maaf, maaf, ayo turun. Aku akan ambilkan kalau kamu turun,"

Yaya menggeleng takut sambil terisak kecil. Tapi karena tak mau membuat Halilintar marah dan ingin jambu, Yaya mau turun tapi dibantu oleh Halilintar.

"Hiks.. A-- aku ng-- nggak bisa turun, hiks. Bantu aku turun Hali,"

Halilintar langsung mengangkat kedua tangannya kembali. Yaya pun loncat ke dalam pelukan Halilintar. Yaya tertawa lepas karena senang bisa turun walaupun tadi sedikit takut dengan kandungannya.

Halilintar tersenyum kecil, ikut lega karena Yaya selamat turun dari pohon.

"Udah nangisnya, bumil?" Mengusap punggung Yaya dengan lembut.

"Udah, haha. Besok kita main-main loncat ya Hali?" Halilintar menghela nafas, sedikit tidak mengerti dengan permintaan sang anak dan ibunya, yang mungkin sengaja bikin Halilintar khawatir.

"Bahaya, main yang lain aja." Yaya mengerucutkan bibirnya.

Pada akhirnya Yaya mengiyakan. Yaya menagih ucapan Halilintar tentang dia akan mengambil jambu jika Yaya turun. Halilintar mengumpat kesal dalam hati karena sudah mengucapkannya.

"Kamu tunggu disini," Halilintar melepas jas kerja, mengikatnya di tangan untuk menaruh jambu yang ia ambil nanti di pohon.

Halilintar mulai memanjat, sepanjang memanjat Halilintar harus menahan malu karena Yaya terus meneriaki nya. Setelah sampai, Halilintar mulai mengambil jambu sebanyak-banyaknya.

Merasa cukup, Halilintar pun turun ke bawah sambil berhati-hati agar jambu nya tidak ada yang jatuh. Dan ternyata saat dibawah, Halilintar harus menghadapi kemauan Yaya, lagi.

"Hali, jambu nya dibuat jus ya. Kamu yang buat, jangan bibi atau siapapun, intinya aku mau kamu yang buat."

Sabar, Halilintar harus sabar.

"Yaya, aku capek habis kerja. Bibi yang buat aja ya?" Tapi Yaya tetap kekeuh untuk Halilintar yang membuat jus.

"Hali yang harus buat! Kalau nggak mau, aku mau pergi ke rumah Papa! Mau ngadu ke Papa kalau kamu nggak mau nurutin permintaan anaknya."

Sebelum Yaya pergi, Halilintar memegang tangan Yaya. Menghentikan Yaya untuk pergi ke rumah Amato. Halilintar menghirup nafas dulu sebelum berbicara ke Yaya.

"Iya, aku yang buat. Tapi jangan adu ke Papa, ok? Janji Yaya?"

Yaya mengetuk dagunya dengan wajah imutnya. Halilintar berusaha untuk tidak mencium wajah imut Yaya. Tetapi Halilintar tidak bisa menahannya, sekarang ia mencium wajah Yaya dari mata, hidung, pipi, bibir, bahkan seluruh wajah Yaya, Halilintar cium.

Bagi Halilintar, Yaya itu menggemaskan dan imut, apalagi kalau hamil.

Yaya yang dicium tanpa henti, merengut kesal. Yaya memukul dada Halilintar untuk berhenti. Bukan berhenti, Halilintar tetap melanjutkannya. Pada akhirnya, Yaya pun menerimanya.

"Jangan imut-imut makanya," setelah puas menciumi wajah Yaya.

•~•

Finally~~

Taulah endingnya bagaimana nanti😉 tapi bisa aja sih bakal sad, ye kan? Siapa tauu bisa jadi sad:v🙂 soalnya aku suka sad ending gitu.

Anyway, ada yang lagi ujian juga atau ada yang mau ujian disini?:v

See you in mini chapter again at 2 Juny^-^

Sekian bacotnya:)

Salam hangat
28 Mei 2021

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang