Bagian 29

196 25 7
                                    

"Aya harus melakukan operasi caesar, kak Lintar."

Halilintar terus menggumamkan doa-doa untuk keselamatan Yaya dan anak-anaknya. 

"Aya sempat mengalami pendarahan, kak Lintar. Tapi untungnya Aya hamil besar jadi keguguran tidak terjadi padanya. Tapi tetap saja Aya disana berjuang antara mati dan hidup untuk anak kak Lintar."

Halilintar menggigit bibir bawahnya, ia belum siap jika kehilangan sosok yang akhir-akhir ini membuatnya jatuh cinta.

"Jika bayinya selamat, ada kemungkinan Aya tidak akan selamat."

Tetesan air mata Halilintar jatuh.

"Kita hanya bisa doa yang terbaik untuk Aya, kak Lintar. Maafkan aku yang sekali lagi tidak bisa menjaga milik kak Lintar."

Halilintar memejamkam matanya.

"Sepertinya ada dalang di balik kecelakaan ini, kak Lintar."

Halilintar membuka matanya, sorot matanya terlihat emosi.

"Cari pelakunya, kak Lintar. Aku yakin kali ini pelakunya adalah Ying lagi."

Tapi apakah dia bisa?

•••

Suara tangisan bayi terdengar nyaring, semua langsung menatap satu sama lain. Itu artinya bayi Yaya selamat. Halilintar yang perasaannya tak karuan, ingin cepat-cepat masuk ke dalam dan melihat bagaimana kondisi Yaya dan anak-anaknya. Tak berselang lama, Halilintar dipersilahkan masuk. Ia melihat Silla tersenyum kepadanya, Halilintar mengembuskan nafas lega.

Kenapa tak Halilintar yang menemani Yaya operasi? Karena Halilintar telat datang jadi Silla yang menemani Yaya operasi.

Keluarga Yaya dan Halilintar mendekati inkubator bayi, disana ada dua inkubator. Halilintar dan Ice sendiri mendekat ke kasur Yaya. Sang dokter yang menangani operasi Yaya tersenyum, "sejauh ini, kondisi Nyonya Yaya tidak apa-apa, tapi saya tidak tau untuk ke depannya. Karena Nyonya Yaya juga mengalami pendarahan, ada bisanya Nyonya Yaya meninggal. Tapi semoga Tuhan baik hati agar Nyonya Yaya panjang umur." 

Sang dokter menatap dua inkubator bayi Halilintar. "Anak Anda sehat semua, dua-duanya laki-laki. Kalau begitu, saya izin pamit dulu." Sang dokter dan suster pergi.

Halilintar mengelus tangan Yaya, dia tersenyum kecil. Mulutnya mendekat ke telinga kanan Yaya, membisikkan kata-kata. "Jangan lupa bangun dan melihat anak kembar kita, Ya."

Halilintar menggenggam tangan Yaya.

"Mirip sekali dengan kak Lintar, ckck! Duplikat banget nih wajah-wajahnya." Halilintar menoleh namanya disebut Taufan.

"Ini anak terakhir kan?" tanya Gempa.

"Iya.."

Halilintar dan Ice menatap satu sama lain. Ice memberikan senyuman kepada Halilintar, "kak Lintar lihat anak-anaknya dulu, Aya akan aku jaga disini." Halilintar mengangguk singkat, tak lupa ia memberikan kecupan di kening Yaya.

"Cepat bangun."

Halilintar berjalan mendekati inkubator anak-anaknya. Ia bisa melihat anak pertamanya menggeliat kecil. Lucu. Dan anak keduanya sedang tidur nyenyak. Apa yang dikatakan Taufan memang benar, anak-anaknya sangat mirip dengannya. Tidak ada yang mengambil dari Yaya.

"Papa akan pergi ke kantor polisi untuk mengurus kecelakaan itu."

Halilintar mengepalkan tangannya, "tapi jika itu memang Ying, apakah papa bisa mengizinkan Halilintar dan Ying untuk berbicara sebentar saja?"

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇWhere stories live. Discover now