𝔹𝕒𝕘𝕚𝕒𝕟 15 || 𝑲𝒆𝒋𝒂𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒊𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏

214 25 24
                                    

Ying menggebrak meja, mendengar semua ucapan dari tangan kanannya membuat dia sangat marah. "Kenapa?! Kenapa Halilintar merusak ini semua?"

Si tangan kanan berdehem, "bukankah Anda harus bertanya pada Halilintar terlebih dahulu? Tidak mungkin Halilintar secepat itu mencintai Yaya."

Ying tersenyum sinis, ia sangat suka dengan saran si tangan kanan. Kemudian ia menyuruh si tangan kanan untuk pergi. Si tangan kanan patuh, ia segera pergi dari tempat itu. Ying tertawa, ia ingin semuanya tersakiti oleh dirinya agar mereka tau bagaimana Ying dulu.

Ini semakin seru.

...

Yaya mencoba tersenyum, sudah dua minggu lebih dia dan Ice berjauhan. Ice yang meminta, dia bisa apa? tak apa, ia menjadi sadar diri sekarang. Ia menjadi tau bahwa ia beban bagi Ice. Mungkin menerimanya adalah pilihan yang terbaik.

Yaya mulai membuka halaman pertama novel yang berjudul, "Pilihlah yang terbaik" karya Keizo. Yap, siapa yang nggak kenal Keizo? penulis novel yang mampu membuat pembacanya ikut merasakan apa yang ditulis. Yaya tersenyum kecil, novel yang dipegangnya memanglah tebal seperti ensiklopedia. Tapi itu membuat Yaya senang apalagi novel itu karya Keizo.

Halaman pertama mengisahkan sosok lima kembaran yaitu Petir, Angin, Tanah, Air, dan Api. Yaya tertawa kecil membaca nama-nama sosok kembaran itu apalagi mirip dengan nama-nama seperti Halilintar dan yang lain. Yaya pun larut membaca novel itu, tak memerdulikan jam berapa.

Saat sedang asik membaca, Yaya merasakan ada yang mengelus kepalanya. "Asik banget baca novelnya sampai nggak dengar panggilanku." Yaya menoleh, "eh Hali? kapan sampai?" Halilintar tersenyum kecil. "Kan.. kamu fokus banget sih. Aku tuh mulai tadi manggil, tapi kamu asik banget baca novelnya."

Yaya menandai novelnya lalu menutup novelnya, "maaf banget ya.. soalnya novelnya tadi asik banget. Oh ya, kenapa memanggil diriku?" Halilintar menyuruh Yaya geser dan Yaya menurut, ia menggeser kemudian Halilintar duduk di samping Yaya. Lalu Halilintar memeluk Yaya, "kangen.."

"Sekangen itu, hm?" Halilintar mengangguk.

"Hali, sebenarnya kita ini apa?" tiba-tiba saja Yaya ingin bertanya. Karena Yaya bingung dan sekaligus takut untuk menaruh hatinya ke Halilintar, ia takut jika sudah menaruh, Halilintar akan kembali ke sikapnya semula.

"Kenapa bertanya seperti itu?" Yaya tersenyum getir, "aku tau kita suami-istri. Tapi aku takut suata saat nanti kita berpisah. Aku takut kamu akan memilih Ying dibanding aku." Oh, come on, disaat Halilintar tidak ingin membahas pernikahan mereka, kenapa Yaya malah membahasnya?

Halilintar menghela nafas kasar, lalu berdiri, moodnya memburuk dan dia butuh ketenangan. "Maaf, aku pergi.."

Salah memang jika Yaya mengharapkan Halilintar akan menyukainya juga. Air mata Yaya pun keluar perlahan-lahan. Definisi sakit tak berdarah. Mereka sudah bersuami istri, tapi Halilintar tidak suka padanya. Jadi untuk apa Yaya pertahankan pernikahan ini? Bukankah lebih baik Halilintar bersama Ying?

- Kita tidak bisa terus seperti ini, Hali.

•••

"Hai Ying.." sapa Halilintar.

Ying tersenyum, "hai juga.. aku dengar kemarin-kemarinnya Yaya sakit." Halilintar mengangguk dengan rasa sedikit curiga. Bagaimana Ying tau Yaya sakit? Tapi Halilintar segera menepis itu semua. "Sudah lama kita tidak makan bersama, kapan ya terakhir kali kita makan bersama?"

Halilintar mengangkat bahunya, "aku lupa.."

Ying terkekeh, "sudah lama hingga membuatmu lupa, ck, btw.. apa kau mencintai Yaya?"

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇWhere stories live. Discover now