Bagian 22

202 23 0
                                    

Lima bulan semuanya berjalan lancar. Ice sering mengunjungi Yaya di rumah barunya, dan itu membuat Yaya sangat pusing dikarenakan Ice sering membawa sesuatu. Yaya tidak masalah jika Ice membawa buah-buahan atau alat-alat kebutuhan. Tapi terkadang Ice membawa baju bayi, padahal ia belum lahiran.

"Ice.. bisakah kau sekali saja tidak membawa baju bayi saat ke rumah?" Ice menggeleng.

"Aku saja belum lahiran dan belum memastikan dia laki-laki atau perempuan."

Ice tersenyum, "tidak apa-apa, Aya." Yaya menghela nafas. Ia melanjutkan menata barang-barangnya, Ice pun berinisiatif untuk membantu. Mereka menata barang cukup lama dikarenakan Yaya yang selalu komen jika Ice salah menaruh.

"Kita pesan makan, ya?" Yaya mengangguk.

Ice membuka HP-nya, "kau ingin apa?" Yaya mengetuk dahinya, dari kemarin ia ingin sekali memakan sate kambing, nasi goreng, dan juga ingin meminum es jeruk. "Permintaan ku banyak, tidak apa-apa memangnya?"

"Mau itu sebanyak seratus, aku sanggup untuk membayar asal kau senang." Yaya tersenyum senang, kemudian ia mengatakan pesanan yang ia inginkan.

Ice dengan lincah memesan. Setelah selesai memesan, Ice mematikan HP-nya, kemudian ia mendekati Yaya. "Kau ini lagi ngidam, ya?" Yaya mengangguk, ia sendiri sedang sibuk menggoreng ayam tepung.

"Kau pesan banyak makanan, tapi kau masih menggoreng makanan?"

"Aku lagi lapar, Ice!" Yaya merajuk.

Ice mengembuskan nafas, mencoba untuk mengerti dengan perilaku Yaya yang kadang merajuk. "Baiklah, tapi nanti jangan memintaku untuk menghabisinya, ok?"

"Tidak akan." Ice memegang ucapan Yaya.

And yah.. Yaya benar-benar tidak menghabiskan semuanya. Malah menyuruh Ice untuk menghabiskan padahal ia berkata tidak akan menyuruh Ice menghabisinya dan Ice juga berakhir harus terkena emosi Yaya.

"Bumil seram banget."

•••

Dan itu bukan hanya sekali Ice menjadi orang yang selalu menghabiskan makanan-makanan sisa Yaya. Hari ini dia harus menghabiskan dua bungkus makanan tteokbokki, siapa pelakunya? Tentu saja Yaya. Yaya sendiri sebenarnya kasihan kepada Ice, selalu menjadi tempat sampah.

"Kalau kamu tidak suka, kamu bisa membuangnya, Ice."

Ice menggeleng.

"Kau ini.. maaf ya, Ice." Ice menoleh, ia mengerjapkan matanya, ia tidak bisa bicara karena mulutnya penuh.

"Maaf karena kamu selalu menghabiskan sisa-sisa makanan ku."

Ice menelan terlebih dahulu, kemudian ia mengetuk dahi Yaya. "Kenapa sih? Itu tidak masalah, Aya."

"Ice, marah saja kalau mau marah. Aku tau aku semenyebalkan itu." Ice menghela nafas, tidak mengerti mengapa mood Yaya suka berubah.

"Lagipula untuk apa kamu meminta maaf? Bukankah itu wajar dalam kehamilan?"

Yaya mengembuskan nafas, kemudian tersenyum. Ia mengelus kepala Ice, "makan dulu, aku akan ke kamar sebentar." Ice mengangguk.

Yaya mengambil HP-nya lalu ia menghampiri Ice. Ice masih menikmati makanannya, bahkan ia sambil menonton film. Yaya tersenyum melihat Ice, rasanya ia senang bisa kembali seperti dulu.

"Ice nonton apa?"

Ice menoleh, "film horor, kenapa?"

"Tanya aja, kamu menghayati banget nontonnya." Ice terkekeh.

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇWhere stories live. Discover now