Bagian 18 || Hilang

212 27 15
                                    

"Yaya hamil? Kau yakin tidak salah mendengarnya?" si tangan kanan mengangguk, lalu membuka suaranya. "Tidak, aku yakin Yaya hamil."

Ying tersenyum, bukankah ini waktunya untuk membuat Yaya terluka juga? Padahal di dalam pikirannya, ia sudah punya ide untuk membuat Yaya terluka. "Buat berita yang tidak benar tentang Yaya dan jangan lupa melibatkan kehamilannya." Si tangan kanan mengerjapkan mata. "Sungguh? Maksudku kenapa harus dengan bayinya juga?"

"Kau tidak mengerti, ya?" Ying tersenyum mengejek.

"Dengan berita yang tidak-tidak soal Yaya hamil maka dia akan dibenci seluruh anak kampus." Lanjutnya dengan nada datar.

"Itu kejam, Ying." Ying menatap tajam si tangan kanan. "Apanya yang kejam, Fang?" Fang juga tak kalah menatap tajam Ying. "Bayi itu tidak salah, bayi itu bahkan belum melihat dunia. Jangan kau bikin bayi itu merasakan kerasnya dunia di dalam kandungan."

"Kau suka dengan Yaya, Fang?" Fang menggeleng, dia hanya membela apa yang seharusnya, bukan berarti dia suka dengan Yaya. "Lakukan apa yang aku perintah."

"Ying, kumohon, tidak dengan bayinya. Kasian dia, bagaimana jika Yaya dibully sampai hingga kehilangan anaknya?"

FYI, Fang dulu pernah kehilangan adiknya hanya karena ibu-nya selalu dinyinyir oleh tetangga-tetangga mereka. Hamil tanpa seorang suami di sisinya. Terus ibu-nya meninggal bersama dengan adiknya.

"LAKUKAN SAJA, TIDAK USAH BANYAK BERBICARA!" Fang menggeleng, "baiklah, akan aku lakukan."

•••

Beberapa hari kemudian berita tentang Yaya menyebar. Ice mengepalkan tangannya, ia tau siapa pembuat berita yang membuat semua anak kampus heboh. Dan jangan lupa dengan Halilintar, ia masih kesal, bagaimana ia bisa santai menanggapi Yaya kabur dengan membawa seorang anak di dalam tubuhnya?

Halilintar harus disadarkan!

Ternyata di hari berita Yaya menyebar, Yaya juga masuk. Semua mata menatapnya sinis. Yaya yang tidak tau apa-apa, ia bingung. Yaya menghela nafas, ia merasa tidak ada yang beres selama dia tidak ada. Saat Yaya masuk kelas, semua cemoohan terlontar. "Heh! cewek pelacur! bisa-bisanya lo masih kuliah, gila sih." Yaya menaikkan alisnya, ujian apalagi ini?

"Maksudmu?"

"Bisa-bisanya lo hamil anak lain padahal lo udah bersuami dengan Halilintar. Mampus anak lo nggak dianggap, suruh siapa main di belakang. Atau jangan-jangan lo balas dendam ke Halilintar karena dia punya pacar? wah, nggak nyangka banget sih."

Yaya memijit pelipisnya, tunggu sebentar, teman-temannya mendapatkan berita itu darimana? Berita itu tentu saja salah. Dan sejak kapan ia dendam ke Halilintar pasal ia pacaran dengan Ying? malahan ia bodoamat.

"Berita itu darimana?" teman-temannya langsung berdecak, "nggak usah nanya berita itu darimana. Ck, ternyata tanggapan tentang lo semua ini salah ya."

"Mau gue gugurin nggak kandungan lo?" Yaya membulatkan matanya, "jangan gila kalian semua!"

"Pela-"

"Kalau kalian semua ngomong Yaya pelacur, maka kalian lebih dari seorang pelacur." Yaya membalikkan badannya, Ice berada di belakangnya. Tubuh Yaya sedikit bergetar, Ice meliriknya. "Hei, Ice! Apa kau yang bermain dengan Yaya di belakang selama ini? Karena kalian adalah sahabat akrab." Yaya melototi mereka semua. "Kau berpikiran sangat jauh, Tika. Sebaiknya otakmu harus diperbaiki."

Semua langsung tertawa. "Mungkin ucapan gue benar, awas karma menyusul kalian."

"Dan aku sumpahi kalian akan menyesal di suatu hari sudah berkata seperti itu." Ice menarik tangan Yaya untuk menjauh dari kelas mereka. Namun setengah perjalanan, Yaya melepas genggaman tangan mereka. "Makasih, kau seharusnya tidak membuka suara, kau jadi ikut dibully." Dengan nada sinis.

ᵃᵏᵘ ᵃᵗᵃᵘ ᵈⁱᵃ? || Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ × Yᴀʏᴀ × IᴄᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang