21. Pantry

75.2K 7.7K 248
                                    

"Siapa, tuh?" tanya Btara begitu Alea mengakhiri panggilan. Btara sih sok-sok an tidak melirik ke Alea saat bertanya, tapi nada bicaranya terdengar tidak suka.

"Temenku."

"Spesial banget temennya sampai dipanggil sayang sayang."

Alea menoleh ke Btara. Dia sedang menelaah apa Btara sedang cemburu sekarang.

"Temen cewek. Dia lagi di Singapura, terus aku minta tolong sesuatu sama dia."

"Oh gitu."

Btara fokus menatap ke jalan, tapi bibirnya sedikit cemberut. Alea jadi sedikit geli melihat itu.

"Beneran temenku, lagian cewek, kok."

"Tapi aku sama temen-temen cowokku nggak pernah, tuh, panggil sayang."

"Yeee. Kalau kamu sayang-sayangan sama temen kamu jatuhnya geli."

Alea mendorong pipi Btara pelan.

"Kamu cemburu, ya?" tanya Alea.

"Iya."

"Pacaran belum sebulan masa udah cemburu-cemburuan?"

"Justru bener, kan. Di awal tuh lagi posesif-posesifnya."

"Oh jadi nanti kalau udah tiga bulan, dua tahun, atau seterusnya, kamu jadi nggak cemburu? Nggak masalah kalau aku dekat sama cowok lain."

"Mengingat siapa cewekku, kayaknya tetap cemburu, sih."

"Tadi katanya cemburunya di awal."

"Ya maksudnya di awal cemburu banget nih, dikit-dikit cemburu. Nah nanti nggak kayak sekarang, soalnya aku lebih percaya sama kamu."

"Berarti bener, kan. Sekarang cemburu, besok-besok nggak bakal cemburu lagi. Mau aku jalan sama cowok lain, sama..."

"Tetep cemburu, dong."

"Nggak, dong. Kan tadi kamu bilangnya..."

"Aku nggak bilang nggak cemburu, aku bilang..."

"Nggak, nggak, gini... Sst!" Alea menaruh jari telunjuk di bibir saat Btara mencoba menyelanya lagi. "Berarti kalau kamu cemburu, kamu nggak percaya sama aku. Sebulan pacaran udah ngira aku selingkuh?"

"Nggak gitu juga. Aku percaya, cuma kan kalau cemburu berarti..."

"Kamu nggak konsisten!"

Alea melipat tangannya di dada dan menatap kesal ke jalan.

"Kamu dengerin aku dulu, dong."

"Dari tadi aku udah dengerin."

Btara sebenarnya ingin mengucapkan beberapa kalimat lagi, namun ia tahan. Pipi Btara menggembung sebelum ia menghela nafas panjang.

"Oke, sorry aku nggak konsisten, maaf ya aku salah."

Bukannya membaik, wajah Alea malah makin tertekuk.

"Guilt trip, ya? Sengaja biar aku ngerasa bikin kamu yang salah?"

Tuhan! Apa Btara boleh pinjam jubah Harry Potter untuk menghilang sekarang?

"Nggak, sayang," ujar Btara lembut. "Aku kok yang tadi salah ngomong. Beneran."

Punggung salah satu tangan Btara mengelus lengan Alea lembut. Btara hanya beberapa kali melirik karena dia harus tetap fokus menyetir.

"Kok kita belok sini? Lewat jalan tadi kan lebih deket." Suara Alea sedikit melembut, sepertinya dia sudah tidak kesal.

"Mampir ke rumah mahasiswiku dulu, ya. Dia kormat terus mau ngumpulin tugas sekelas. Daripada besok, jadi aku nawarin ambil sekalian."

Accidentally SoulmateWhere stories live. Discover now