35. Drunken Truth

46.6K 6.1K 146
                                    

Alea tidak bisa berhenti tersenyum sepanjang hari. Bahkan hingga dia sampai di kantor, Alea terus tersenyum sembari memandangi jari manisnya. Jari mansi yang sekian lama kosong itu kini terisi sebuah cincin cantik dari kekasihnya. Meski belum terikat dalam pernikahan, lamaran Btara membuat Alea merasa menjadi wanita yang sangat beruntung.

"Al? Cincin? Lo dilamar?"

Alea mendongak dan mendapati kepala David menyembul dari balik pembatas kubikelnya. Alea tersenyum canggung, lalu mengangguk pelan. David tersenyum lebar, lalu mengulurkan tangannya.

"Congrats, ya. Cie udah dilamar."

"Siapa yang dilamar?"

Alea dan David menoleh bersamaan. Vera berdiri di dekat David dengan wajah penasaran.

"Ini, Alea dilamar sama pacarnya."

Vera melirik ke Alea, lalu turun ke jari Alea. Vera tersenyum tipis melihat mata Alea yang berbinar.

"Kapan dilamarnya? Kok gue baru tahu?"

"Malam Minggu kemarin. Kita lagi keluar terus dia tiba-tiba ngelamar."

Vera menyenggol lengan David.

"Padahal udah sampai dilamar, tapi kita masih belum dikenalin sama cowoknya Alea."

Senyum Alea tertahan. Ia melirik David dan saling memberi tatapan bingung.

"Ayo, dong, Al. Kapan lo mau ngenalin kita ke dia?"

"Kapan-kapan, deh. Nanti kalau waktunya udah pas, gue kenalin pacar gue ke kalian."

"Beneran, ya? Jangan sampai tiba-tiba lo udah sebar undangan aja."

"Iya, Vera," ucap Alea sambil mengangguk pelan.

"Eh, nanti malem ini, yuk."

David memberi isyarat seperti sedang mengangkat gelas dengan tangannya.

"Besok kan kerja," ucap Alea.

"Minum dikit aja. Udah lama banget, kan, nggak ke sana? Waktu itu lo nggak ikut Al yang terakhir gue sama Vera."

Alea mengelus tengkuknya pelan.

"Gue kayaknya nggak ikut, deh. Kalian kalau mau pergi berdua pergi aja."

"Kenapa nggak ikut? Masa cuma gue sama David doang?"

"Ya nggak apa-apa, gue cuma... Itu... Gue udah nggak minum kayaknya."

"Sama calon suami nggak boleh, ya?"

Alea tersenyum tipis.

"Sorry, ya."

"Ngajak yang lain aja," saran David.

"Siapa? Mas Anton?"

"Saya kenapa?"

Vera langsung menunduk saat mendengar suara Anton yang muncul tiba-tiba.

"Saya kenapa, Vera?" ulang Mas Anton.

"Nggak kenapa-kenapa, Mas. Saya mau ke tempat saya dulu."

Vera bergerak cepat ke kursinya. Dia tidak sanggup menahan tatapan Mas Anton. Kini Anton melirik ke David. Anton tahu pria ini dari divisi lain, tapi tidak terlalu kenal.

"Ada perlu sama orang HR?"

David menggeleng.

"Nggak, Mas, saya cuma ngobrol sama Vera. Ini saya mau balik ke bawah. Duluan, Mas, duluan, Alea."

David segera melangkah pergi setelah berpamitan.

"Kata Btara kalian..."

"Ssst!"

Accidentally SoulmateWhere stories live. Discover now