36. Tidak Tepat

45K 6K 304
                                    

"Tunggu sebentar, ya."

Alea mengangguk pada wanita paruh baya yang kemudian masuk ke dalam rumah. Alea tebak itu adalah ibu Vera.

Tidak sampai lima menit kemudian, Vera keluar dari rumahnya. Ia memakai pakaian rumahan dengan wajah sedikit kusut. Mata Vera tampak sembab dan wajahnya tidak menunjukkan raut senang melihat Alea.

"Hai, Ver, gue denger lo sakit. Lo kenapa? Kok gue nggak dikabarin? Nih gue bawain sedikit jinjingan."

Alea menyodorkan plastik berisi bika ambon yang tadi ia beli di jalan. Vera menerima plastik itu dan berterima kasih dengan lirih. Ia masih berdiri di depan pintu, membuat Alea jadi canggung.

"Lo semalem jadi pergi sama David, ya?" tanya Alea.

Vera menghela nafas pelan. Ia berjalan menuju meja di teras dan meletakkan kue pemberian Alea di sana. Vera lalu berbalik menghadap Alea.

"To the point aja, Al. David pasti udah cerita sesuatu, kan, sama lo?"

Alea terdiam. Diusapnya tengkuk untuk mengurangi ketegangan.

"Lo sejak kapan tahu hubungan gue sama Btara?"

"Lo sendiri sejak kapan mulai ngerahasiain hubungan lo sama dia? Hebat, ya, gue bisa nggak tahu sampai selama itu."

"Lo tahu dari mana soal ini? Btara yang ngasih tahu lo?"

Ibu Vera keluar membawa dua gelas minuman satu piring jajanan. Ia meletakkan minuman dan jajanan itu ke meja teras. Ia tersenyum pada Alea.

"Ngobrolnya kenapa berdiri? Disuruh duduk dong temannya."

"Iya, Bu," ucap Vera.

Vera beralih ke Alea lagi begitu ibunya masuk.

"Gue udah curiga dari lama, tapi gue pikir lo nggak akan setega itu. Setelah gue curhat, gue cerita soal Btara, nggak mungkin, kan, lo ngambil Btara dari gue?"

"Gue nggak ada niat ngambil siapapun dari lo."

"Gue lihat handphone Btara pas jengukin lo di rumah sakit. Romantis banget foto kalian yang dia jadiin wallpaper." Vera tersenyum miring. "Jadi lo ke Jepang sama Btara? Pantes aja Btara banyak alasan waktu gue ngajak dia jalan."

"Sorry, Al. Gue sama Btara juga udah kenal sebelum dia ketemu sama lo. Gue nggak ngerebut..."

"Bukan masalah lo sama Btara!" seru Vera memotong kalimat Alea. "Gue lebih kesel karena lo nggak ngasih tahu gue."

Alea menyugar rambutnya ke belakang. Dia tahu hal seperti ini akan terjadi. Saat akhirnya Vera tahu tentang hubungannya dengan Btara.

"Gue nggak ngasih tahu lo juga maksudnya baik."

"Sebelah mananya baik? Selama ini lo sama Btara nganggep gue bego, kan? Mungkin kalian ngetawain gue. Gue yang  kelihatan murahan ngechat Btara duluan, gue beraniin deketin Btara, padahal tanpa gue tahu dia lagi mesra-mesraan sama lo."

"Lo tadi sempet bilang gue ngambil Btara dari lo, kan? Ini yang gue nggak mau. Gue jaga perasaan lo, Vera, makanya gue nggak bilang. Gue nggak mau ini kejadian, gue nggak mau lo nganggep gue udah ngerebut Btara sama David."

Vera terdiam sembari menggigit ujung bibirnya.

"Nyatanya emang gitu, kan?" lirih Vera.

"Ver..."

Alea hendak memegang tangan Vera, namun segera ditepis.

"Soal David... Gue nggak tahu dari mana lo tahu gue suka sama dia, tapi selama ini gue selalu ngedukung, kan? Gue selalu support lo sama dia walaupun gue sakit hati. Gue... Gue nggak tahu kenapa lo harus ngelakuin ini. Biar gue nggak sakit hati? Biar gue nggak ganggu hubungan kalian? Lo pikir gue sejahat itu?"

Accidentally SoulmateDove le storie prendono vita. Scoprilo ora