6. Hanya Perasaan Saja

107K 12.8K 81
                                    

Alea meringis melihat sosok Btara. Sejak kejadian salah pencet tempo hari, dia tidak pernah lagi membalas pesan Btara. Btara pun tampaknya mengerti dan tidak ngotot mengirimi Alea pesan tiap malam. Tapi tetap saja Alea merasa malu karena kejadian itu.

"Kayaknya bakal susah ngelakuin ini sendirian. Saya bantu, ya?"

Alea belum menjawab, tapi Btara telah berjongkok untuk mengangkat kardus.

"Nggak usah dibantuin, saya bisa sendiri, kok."

"Lebih cepat kalau dilakuin berdua. Semakin cepat ini selesai, semakin cepat kamu bisa istirahat sebelum acara mulai."

"Bukannya kamu yang butuh istirahat? Mabuk perjalanan kan bikin capek. Antimo aja nggak cukup."

Btara menoleh dan wajahnya terasa hangat. Apa Alea benar-benar mengira dia mabuk perjalanan?

"Tadi salah paham aja, saya nggak mabuk," ujarnya.

Btara berjalan membawa kardus ke panggung rendah di bagian depan. Dia mulai mengeluarkan benda-benda yang sempat dilihat Alea tadi. Alea menyusul dan berjongkok di sebelah Btara.

Tangan Alea mulai memisahkan benda-benda norak yang tidak ia butuhkan dan benda-benda yang sekiranya bisa ia gunakan.

"Kantor cabang tempat saya dulu bahkan ngundang artis terkenal untuk hiburan training, ini masa yang ngehias aja staffnya, sih?"

Btara menoleh dan sedikit terkesiap karena Alea mengajaknya mengobrol terlebih dahulu.

"Saya kira kamu senang disuruh ngehias, makanya nggak butuh bantuan."

"Bukan gitu, saya nggak enak aja dibantuin sama kamu yang di sini tugasnya jadi psikolog. Ini kan di luar job desk kamu."

"Di luar job desk kamu juga, kan?"

Kini Alea mulai menggunting kertas menjadi pola kelopak. Kertas-kertas ini nanti akan disusun membentuk bunga yang cantik. Bunga ini merupakan salah satu hiasan kesukaan Alea. Btara di sampingnya hanya diam menonton. Ia ingin membantu soal kertas-kertas itu, tapi takut malah merusak.

"Kamu kalau mau bantu boleh nempelin ini di ujung sana?"

Alea menyerahkan hiasan berwarna emas dan hitam ke Btara. Lelaki itu berdiri dan menempelkannya di tempat yang ditunjuk Alea.

"Di sini?" tanya Btara karena hiasannya baru ditempel tanpa lem.

"Turun sedikit."

"Di sini?"

"Kanan sedikit, sedikit aja."

Btara dengan hati-hati menggeser hiasan itu.

"Di sini?"

"Iya di situ."

Setelah mendapat persetujuan dari Alea, Btara mengambil double tape dan berusaha menempelkan hiasan berbentuk lingkaran itu.

"Saya kaget lho pas ketemu kamu di Ceritajiwa."

"Kaget kenapa?" tanya Alea tanpa mengalihkan pandangan dari bunga kertasnya.

"Maya bilang mau ketemu klien dari Larisi, tapi malah ada kamu. Seingat saya kakak-kakaknya Lily itu dokter."

Sembari menempelkan hiasan, Btara beberapa kali melirik ke Alea. Dia yang berdiri menjulang dan Alea yang bersila di lantai membuat perbedaan level cukup besar di antara mereka. Alea jadi terlihat lebih mungil.

"Oh, itu maksudnya kakak pertama sama kakak kedua saya. Mereka dua-duanya dokter."

"Kamu nggak tertarik jadi dokter juga?"

Accidentally SoulmateWhere stories live. Discover now