32. Perih

60.3K 7.3K 500
                                    

"Kenapa, Vid?" tanya Vera tatkala David terdiam di depan pintu kamar mandi yang hanya terbuka sedikit.

David menoleh, lalu menggeleng pelan sebelum menutup pintu kamar mandi.

"Gue nggak jadi ke kamar mandi, deh. Tiba-tiba kebeletnya ilang."

David menghampiri Mbak Yuni dan Vera.

"Yuk, Mbak, Ver."

"Kita duluan ya, Al. Bye!"

Alea tersenyum dan melambaikan tangannya "Bye!"

Saat dirasa telah aman, Alea bangkit dari tempat tidur. Dia berjalan ke kamar mandi dan membuka pintunya.

"Udah aman, kok," ucap Alea pada Btara.

Btara mendengus, dia lalu keluar dari kamar mandi.

"Kamu kok mukanya gitu?"

"Aku jadi kayak maling ngumpet di kamar mandi gitu."

"Ya udah, lah, yang penting kamu nggak ketahuan. Untung David tiba-tiba nggak jadi masuk."

Btara yang telah duduk di sofa melirik.

"David lihat aku tadi."

"Serius?"

"Iya. Jelas kalau dia lihat, soalnya kita sempet tatapan. Dia paling pura-pura aja biar Vera sama Mbak Yuni pergi."

Alea duduk ke ranjang kembali.

"Berarti sekarang David udah tahu..."

"Semua udah tahu, Al," ujar Btara memotong ucapan Alea. "Aku makin lama makin nggak ngerti jalan pikiran kamu. Tinggal bilang apa susahnya, sih? Mau disembunyiin sampai kapan? Sampai Vera ketemu jodohnya? Aku beneran nggak ngerti, Al."

"Kamu kenapa, sih? Lagian kamu nggak perlu berusaha ngertiin, toh kamu juga nggak bakal pernah ngerti."

"Sebelah mananya? Sebelah mananya yang aku nggak ngerti? Kamu aja yang terlalu overthinking. Coba sekarang kamu jelasin. Bagian mana yang aku nggak ngerti?"

Alea meremas ujung bajunya. Sedikit rasa perih di bekas operasinya berusaha ia enyahkan. Ia lalu mendekat ke Btara yang berdiri di depan sofa. Tangan Alea menyingkirkan rambut yang menutupi leher bagian kanannya. Tampak sebuah garis bekas luka di dekat garis rambut Alea.

"Kamu lihat bekas luka di situ, kan?" tanya Alea. "Dulu waktu SMA, aku pernah diseret sama temen-temen cewekku ke kamar mandi. Mereka nyiram aku pakai air, jambak rambutku, ngata-ngatain, terus mereka bahkan ngelukain aku pakai cutter. Kamu tahu siapa yang mulai? Sahabat aku sendiri! Satu-satunya orang yang aku percaya dan aku anggap teman dekat ternyata tega ngelakuin itu ke aku."

Btara terdiam. Ditatapnya mata Alea yang sedikit berkaca.

"Dia ngelakuin itu karena pacarnya suka sama aku sampai dia cemburu dan mereka putus. Dia ngehasut temen-temen yang lain biar percaya kalau aku ngerusak hubungan orang. Emang salahku, Tar? Salahku kalau cowok-cowok itu suka sama aku?"

Suara Alea mulai tercekat.

"Aku dijauhin, disinisin, bahkan dikatain kegatelan setelah kejadian itu. Waktu ditembak sama Kaisaka juga semua orang makin benci sama aku. Padahal aku nggak salah apa-apa, kan, Tar?" Alea menyeka ujung matanya. "Aku nggak mau ngerasain itu buat kedua kalinya, Btara! Aku nggak mau dianggap pengkhianat atau perusak hubungan sementara aku nggak ngelakuin apa-apa."

"Tapi kalau gini terus..."

"Bahkan setelah aku jelasin kamu juga nggak ngerti, kan? Kamu nggak akan pernah ngerti karena kamu nggak ngerasain itu. Buat kamu ini sederhana,tapi buat aku nggak."

Accidentally SoulmateWhere stories live. Discover now