37. Pikir Ulang

41.8K 5.8K 696
                                    

Alea menatap sendu pada Vera yang langsung melengang pergi begitu jam pulang tiba. Sudah beberapa minggu ini Vera benar-benar mendiamkannya. Tidak ada yang bisa Alea lakukan selain menunggu Vera kembali seperti sedia kala.

Sebenarnya Alea sempat meminta tolong pada David dan Mbak Yuni untuk mengobrol dengan Vera. Sayangnya, Vera tampak tidak menunjukkan tanda-tanda jika ia akan memaafkan Alea dalam waktu dekat. Menurut Mbak Yuni sebaiknya Alea menunggu daripada membuat keadaan makin runyam.

From: Mine ❤
Aku udah di basement, ya. Mau aku susulin ke atas atau aku tunggu aja di sini?

Alea menghela nafas membaca pesan dari Btara. Dua hari terakhir ini memang mobilnya sedang ada di bengkel karena ada masalah dengan mesin. Alhasil Alea berangkat dan pulang bersama Btara. Sengaja ia menunggu sampai Vera benar-benar pergi agar ia tidak melihat Btara.

To: Mine ❤
Wait a minute, beresin tas terus turun akunya.

Mendekati mobil Btara, Alea sedikit berlari kecil. Ia langsung masuk dan menutup pintu mobil dengan sedikit keras. Sejak masuk hingga memakai seatbelt, Alea hanya terdiam. Perempuan itu bahkan tidak repot-repot untuk menoleh dan menyapa kekasihnya.

"Kamu tuh kenapa, sih?" tanya Btara yang mulai melajukan mobilnya.

Alea melirik singkat ke Btara.

"Kenapa apa?"

"Kamu masuk mobil ada say hello atau senyum ke aku? Masuk langsung duduk gitu aja. Nggak cuma sekali kamu kayak gini. Kamu berubah tahu nggak."

"Berubah? Perasaan aku tetap Alea. Kamu aja kali yang oversensitive."

"There is something wrong with you," ujar Btara pelan. Dia berusaha tidak memberikan tatapan sebal atau menghakimi ke Alea.

"What's wrong?"

"I don't know."

"You don't know? "

Alea melirik Btara tajam. Lelakinya itu hanya menatap lurus ke dashboard. Mungkin seperti yang Alea duga, dia tidak peka dan tidak peduli.

"Kok kamu bisa nggak tahu?" tanya Alea dengan nada sedikit meninggi. "Kamu itu psikolog, Tar! Harusnya kamu..."

"Aku psikolog bukan peramal," potong Btara sebelum Alea selesai menumpahkan isi pikirannya.

Btara menoleh dan menenggelamkan diri ke manik kecoklatan milik Alea. Btara kemudian hanya menghela nafas pelan. Tangan kirinya yang tidak memegang kemudi menangkup tangan Alea.

"Jangan gini dong, Al. Kamu nggak bisa denial kalau kamu tuh emang jadi emosian, jadi galau terus. Masih mikirin Vera?"

"Udah, deh. Kamu udah tahu aku lagi kayak gini masih ditanyain."

"Masalahnya kamu mau sampai kapan kayak gini? Sampai Vera baik kayak dulu lagi? Kamu mulai biarin Vera aja."

"Mana bisa aku biarin? Aku tiap hari ketemu dia, Tar. Sikap Vera bikin aku nggak nyaman dan ngerasa bersalah terus. Kerjaanku juga semua berhubungan sama dia."

"Sekarang kalau kamu udah minta maaf udah segala macem tapi dia masih kayak gitu salah kamu? Ya mungkin emang Vera orangnya pendendam atau gimana."

Alea mendengus mendengar ucapan Btara.

"Kamu jadi psikolog judgemental banget. Aku juga mungkin bakal kayak Vera kalau ada di posisi dia."

Tangan Btara memutar kemudia sedikit cepat. Untunglah jalanan tidak terlalu ramai sehingga ia bisa menepi. Btara menghentikan mobilnya di pinggir jalan, tepatnya di sebuah halaman ruko yang kosong.

Accidentally SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang