27. Pulang

50K 6.7K 308
                                    

Alea memegang leher dan menggerakkan kepalanya. Rasa pegal setelah berjam-jam naik pesawat terasa menumpuk di leher pundaknya. Alea meringis saat titik pegal terasa di sana.

"Mau aku pijitin?"

Alea menoleh ke Btara, lalu menggeleng pelan.

"Nggak usah, bentar lagi juga sampai rumah."

Btara mengangguk. Dia lalu meminta agar supir taksi yang mereka naiki mempercepat laju mobil. Kasihan kekasihnya kesakitan begini.

"Aku makin tua kali, ya? Biasanya nggak pernah pegel gini naik pesawat." Alea menghela nafas. "Aku udah jompo sekarang."

"Ck! Kalau kamu jompi terus aku apa? Aku kan lebih tua dari kamu. Mungkin salah posisi aja pas di pesawat."

"Perasaan tadi posisinya enak."

"Mas ini belok?" tanya sang supir yang dari tadi serasa menjadi nyamuk.

"Habis toko bangunan di depan baru belok, Pak."

Alea melirik ke Btara dan tersenyum. Penampilan Btara dengan rambut acak-acakan dan wajah lelah terlihat sangat menarik di mata Alea. Menyebalkan. Alea merasa sangat jelek sekarang, tapi kenapa Btara malah terlihat tampan begini?

"Terkagum sama kegantenganku, ya?" tanya Btara membuat Alea memukul lengannya pelan.

"Kepedean banget."

Alea melihat ke luar jendela. Mereka telah sampai di depan rumahnya. Lampu depan tampak menyala. Sengaja Alea melakukannya karena rumah ini kosong beberapa hari.

Btara membantu Alea menurunkan koper dan beberapa tas belanjaan Alea. Syukurlah tadi tidak ada barang yang tersita bea cukai. Btara tak lekas masuk kembali ke mobil.

"Langsung istirahat. Buka kopernya nanti malam aja. Aku nggak tega lihat kamu capek gini."

Satu tangan Btara memeluk pinggang Alea, sementara tangan lainnya merapikan anak rambut Alea.

"Kamu juga langsung istirahat. Kalau ada mahasiswa ganggu biarin aja. Kamu terlalu baik jadi dosen. Mau-maunya ngeladenin mereka terus."

Btara tersenyum simpul.

"Oh ya, nanti aku panggilin tukang pijat, ya? Mamaku punya langganan tukang pijat, nanti biar aku tanyain."

"Mama kamu?"

"Iya, mama aku. Atau mau kupanggilin langganan papa? Bapak-bapak pakai cicin akik banyak gitu."

Alea menatap Btara ngeri, lalu segera menggeleng.

"Nggak usah. Ini paling dikasih minyak aromaterapi ilang. Kamu pulang sana! Kasihan tuh supirnya nunggu."

Btara menoleh ke bangku kemudi. Sang supir yang semula melihat ke arah mereka langsung pura-pura membenarkan posisi spion. Btara menggeleng pelan melihat itu.

"Kalau gitu aku pulang dulu. Kamu langsung bersih-bersih terus istirahat. Nanti aku kirim makanan jadi kamu nggak usah masak."

Alea menahan senyum.

"Sebenarnya kamu ngagk ngirim makanan juga aku nggak niat masak, sih."

"Kamu, nih."

Btara mengacak rambut Alea yang sudah kusut itu. Ia kemudian berpamitan dan masuk ke dalam mobil. Setelah mobil yang ditumpangi Btara menghilang dari pandangan, barulah Alea masuk sambil menggeret koper. Tadi Btara sempat menawarkan untuk membawa koper Alea hingga ke dalam rumah, namun Alea menolak karena kasihan pada supir taksi.

Alea menaruh koper di dekat tangga. Nanti saja dia membawanya ke atas. Lagipula tidak ada barang yang harus Alea keluarkan sekarang.

Alea langsung melepas pakaiannya begitu memasuki kamar. Ia menaruh pakaiannya ke keranjang cucian dan berjalan setengah telanjang ke kamar mandi. Tidak lupa Alea membawa bathbomb aromaterapi kesukaannya.

Accidentally SoulmateWhere stories live. Discover now