1. Tetes Rindu

61 25 6
                                    

Awalnya, ku kira ini mudah. Bangkit untuk lanjut melangkah. Ku harap segala hal tetap sejalan. Namun, tetap saja selalu ada persimpangan di setiap derap.

"Temui aku di ujung jalan sana, ya!" Katamu, kala itu. Kala gerimis mengguyur tanah dimana kita bertemu. Tapi rintik itu tak pernah mau mereda saat kau menjauh. Yang kita sebut gerimis itu ternyata semakin deras, memaksaku berhenti dan berteduh.

Dan sayangnya, 'ujung jalan' --yang kau sebut itu-- tak mudah terpandang. Begitu jauh dan remang-remang. Ku paksa langkahkan kaki satu-satu --hujan sudah tak lagi ada, tentunya--.

Dan sayangnya --lagi--, di ujung sana, kau, sudah menemukan dimana seharusnya dirimu berlabuh. Terpaksa ku lepas kacamataku yang berembun. Entah karena hujan yang kembali, atau ada tetesan lain yang ikut membasahi.

Hari ini, termenung kembali sambil memegang pena yang entah harus menulis apa. Menatap jendela kamar yang kubiarkan setengah terbuka. Ternyata langit kini lagi-lagi menjatuhkan tetesan airnya.

Hitungan detik yang lalu, aku kembali mengenangmu. Bermenit-menit larut dalam genangan ingatan tentangmu. Tentang ujung jalan yang menjadi ujung kisah aku dan kamu. Tentang rindu-rindu yang sederas hujan yang menerobos jendela kamarku. Tentang temu yang seindah taman dengan kupu-kupu biru --dulu--.

Meski semu memoriku, meski kosong catatan harianku, jangan lupa ingatkan aku, jendela kamarku masih terbuka setengah, jangan sampai tetes hujan terus masuk dalam celah saat lengah.

_rayrain03

Hujan Sendu dan Sebait KamuOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz