16. Kucing Pak RT

18 6 11
                                    

Aku ingat, cuaca saat itu begitu menyengat. Secara bersamaan -kau dan aku-, menyeka butiran-butiran keringat. Hingga akhirnya, kita berhenti berjalan. Mampir sambil menikmati es krim yang lebih cepat cair.

Di depan toko, kita duduk lesehan, sambil melempar candaan. Membicarakan Oci, kucing Pak RT yang baru lahiran. Kabarnya -anak Oci-, diberi nama Kinan. Hanya Kinan, satu-satunya yang bertahan. Dua saudaranya telah meninggalkan dunia 5 menit setelah dilahirkan. "Pak RT pasti tertekan" Katamu, sambil cengengesan.

Sambil menunggu senja, kita mulai mendiskusikan hal sepele lainnya. Bahkan kembali mengungkit Oci yang janda. Aku yang tidak terima dengan fakta, bahwa Oci ditinggal sang suami tanpa pertanggung jawaban darinya. Dan kamu yang membela, dengan alibi ; suami Oci sedang menemani lahiran istri yang lainnya. Dengan aku yang kembali memprotes, mengapa suami Oci begitu tega mendua, men-tiga, atau men- men- lain yang tak terhitung nominalnya. Perbincangan ini, seketika menjadi perdebatan dalam sidang kekucingan yang tidak manusiawi. Eh, hewani. Kupikir, kita butuh Hakim untuk menengahi. Meski aku lebih setuju mendatangkan Algojo untuk menghukum suami Oci.

Kita beranjak sebelum senja menyapa. Bukan karena berubah pikiran atau lelah bercanda. Bukan juga karena diusir dari depan toko, oleh penjaga. Namun sebab kamu -menarikku- berlari dengan tergesa, setelah digoda banci -yang selalu berkeliling toko dan sekitarnya.



_rayrain03




A/N : Jarang hujan, jadi jarang update:)

Hujan Sendu dan Sebait KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang