9. Sakit

29 17 2
                                    

Hujan kembali jatuh. Rintiknya lagi-lagi meluruh pada genting dengan bunyi tik-tik. Air yang turun tidak dapat kukira. Turut membasahi dahan, ranting, pohon, juga kebun di luar sana. Aku tau sebab ku tengok, mengikuti lagu yang kudengar dimasa taman kanak-kanak dulu.

Tetes yang jatuh membawa tetes ingatan pula. Seperti biasa. Berisi tentang kamu seluruhnya.

Tapi hujan kali ini, aku sedang tak baik-baik saja. Tidak dengan mental yang nyaris porak-poranda. Tidak dengan fisik yang terus pergi ke dokter sebanyak dua.

Aku rasa aku demam. Sedikit tinggi di banding tinggi badanku. Aku rasa aku rapuh, ray. Kali ini sosok pelindung yang aku butuh --meski lebih baik jikalau orangnya itu kamu--.

Aku butuh kamu. Sebab kamu kuat. Mungkin saja dapat menghambat hal-hal berbau luka merambat dengan cepat. Sebab kamu bisa berubah menjadi segala bentuk obat yang tak pernah apoteker lihat, atau bahkan tak pernah dia buat --meski kadang dosisnya membuatku hampir sekarat--.

Sakit kali ini, meski tak sesakit kepergianmu, tetap saja membuatku sulit bangun dari tempat tidurku. Aku jadi lelah. Lelah tak berbuat apa-apa yang membuatku sedikit kepayahan. Sedikit jengah bila tak lagi mengenang kamu dalam ingatan.

Dulu, kamu sakit. Aku ada disana untukmu. Menjadi dokter dadakan yang kau telpon di pagi rabu. Berusaha membuatmu sembuh, meski pada akhirnya kau dorong aku jatuh.

Kamu bilang, aku adalah dokter terhebat di bumi. Berhasil membuatmu kuat berlari saat kau kepayahan berdiri. Berhasil membuatmu menari saat kau bahkan kesusahan menggerakkan jemari.

-hingga pada akhirnya, kau, ku buat kuat pergi.








_rayrain03

Hujan Sendu dan Sebait KamuWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu