11.WhatsApp

20 10 0
                                    

Kembali mengorek ingatan tentang kamu itu, seringkali membuat candu. Meski bukan sebagai kopi yang manis-pahit bersatu, mengingatmu tetap sedap di sesap setiap waktu. Walau kadang membuat galau tak menentu.

Pesanmu ku buka lagi. Tersenyum berseri-seri. Meski pesan itu sudah sejak lama, aku tak peduli. Aku ingat dengan jelas malam itu, rasanya geli. Membuatku salah tingkah hanya karena pesan-pesan ringan yang kau kirimi.

Kamu memang peka --atau mungkin sebab suara lariku terdengar di telinga--. Aku melangkah dengan tergesa untuk membuka pintu dengan segera. Semoga kamu tak melihat kedua pipiku yang merah merona, padahal tanpa riasan apa-apa. Menuntunmu masuk dan makan bersama --sebab kamu memaksa--, dengan jantung yang menggila. Rasanya, kamu bisa menjadi potensi kematian muda.

Tertawa, dan tanpa sadar berderai air mata. Hufft. Sudah biasa. Tentu sebab aku tau, pesan itu sudah terlekang waktu. Sudah berlalu dan meninggalkan puing-puing pilu. Tetap saja kupandangi tanpa jemu. Tanpa memikirkan apa-apa selain kamu. Membiarkan air mata jatuh ke pipi, lalu berakhir di dagu.

 Membiarkan air mata jatuh ke pipi, lalu berakhir di dagu

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

_rayrain03



Hujan Sendu dan Sebait KamuDove le storie prendono vita. Scoprilo ora