NAFAS TERINDAH

166 31 13
                                    

Assalammualaikum cahayaMu, alhamdulillah pagi ini aku masih engkau beri nafas ya Allah. Untuk aku dapat melalui setiap hal yang kukerjakan pada hari ini, karena masih banyak di luar yang enggan bersyukur, meskipun hanya dengan menikmati menghirup nafas saat terbangun untuk sholat shubuh terlebih dulu.

Setelah selesai sholat, kulihat pada deretan catatan yang kukerjakan hari ini. Ada satu poin yang membuat pagiku terasa ringan, seperti kapas tanpa beban. Satu poin catatan itu mengenai jadwal pertemuanku sore ini dengan masa kecilku, dia ... tonggakku saat itu, tanpa ada yang tahu bahwa dia alasan diriku bertahan hidup hingga hari ini.

Sejenak, kubayangkan pertemuanku nanti sore sembari mandi. Lama kami tidak bertemu, padahal selama yang kukenal hingga saat itu (sebelum dia ikut pindah bersama orangtuanya ke Nevada). Yang kufaham, dia sosok yang sangat menjengkelkan, bahkan jika tidak dipaksa untuk  tersenyum pun, tidak akan dia lemparkan senyumnya meski hanya untuk sebuah sapaan.

Cara hidupnya yang seperti tanpa beban itu membuat diriku tersentuh, seiring waktu berjalan dia ternyata tidak pernah melupakan kebiasaanku sampai hal yang paling kecil. Padahal selama ini aku hanya ucapkan namanya dalam doa setelah sholat, untuk dapat menjaganya, dan menjaga keluarganya. Dia pun tahu bahwa aku memiliki sakit yang cukup beresiko dari kecil, terutama dalam menjaga kondisiku sendiri untuk stabil.

Mungkin karena itu, yang membuatku sangat menghargai sebuah nafas dariNya. Karena bagiku cahaya kehidupan, adalah melalui hari dengan rasa bahagia tanpa protes ini itu padaNya, serta selalu teriring doa untuk orang-orang yang kita sayangi.

Sorepun menghampiriku, kuberanjak dari meja kerjaku untuk berbenah diri agar tidak mengecewakan saat bertemu dia. Jantungku terasa kencang detaknya kali ini, aku masih tidak mengerti kenapa dengan diriku saat ini. Sebab, kuingat-ingat kalau obat telah kuminum tepat waktu seperti biasa. Apa karena … aku akan bertemu dia, jadi irama denyutku seperti ini? Selama ini, aku melalui hari-hariku tanpa ada denyut yang seperti ini, selalu stabil.

Dua puluh lima tahun, aku lewati kehidupan hanya dengan kedua orangtuaku dan adikku. Jika benar, sekarang usianya dua puluh delapan tahun. Karena saat itu, dia pergi di usia delapan tahun. Hingga hari ini baru kami akan bertemu, bagaimana dia sekarang ya? Sudahlah, tidak perlu juga aku main teka-teki macam gini. Nanti ketemu ya tinggal ketemu, paling dia juga sama menjengkelkan seperti dulu.

Kehidupan yang kulalui selama ini juga baik-baik saja tanpa keberadaanya di sisiku, tetapi sekarang ini malah denyut nadiku tidak beraturan dari waktu selesai kerja sampai berangkat menghampirinya. Kami janji bertemu di salah satu rumah makan yang istimewa bagiku, karena tempat itu yang biasa aku kunjungi setahun sekali dengan orangtuaku sebelum kakakku kembali menghadapNya dua tahun lalu.

Ibaratnya dia hanya sebuah cahaya yang mencoba masuk dalam kehidupanku saat ini, entah berapa lama dia akan menjadi kehidupan terindahku. Tetapi rasanya, dengan kondisiku yang kurang stabil sejak sore, tidak mungkin aku dapat bersamanya melalui roda kehidupan ini.

Kulihat dia telah duduk di meja sudut yang biasa aku dengan kedua orangtuaku juga almarhum kakakku, kami menikmati hidangan di meja itu. Ternyata dia juga hias rumah makan menjadi suasana yang romantis, katanya untuk membuat kejutan bagiku akan pertemuan kami saat ini. Di situ, aku hanya dapat meneteskan air mata bahagia, karena selama ini hanya kedua orangtuaku juga almarhum kakakku, yang memberi perlakuan istimewa, itupun hanya saat peringatan hari lahirku.

Benar-benar aku tidak dapat berkata apapun malam ini, karena kejutan yang hangat darinya. Senyumnya terasa, tanpa harus kupaksa dulu seperti biasa. Subhanallah, rasa bahagia ini akan kuingat sampai kapanpun. Dan … kenapa ini tiba-tiba terasa sesak jantungku, dia terkejut melihat tubuhku yang mulai bergelayutan. Namun, masih dapat kutahan, dan akhirnya aku coba untuk duduk ditempat yang telah disediakan.

Tebakanku benar adanya, ternyata dia persiapkan semua ini tidak hanya untuk bertemu begitu saja denganku. Tetapi ada juga yang ingin disampaikannya, dan hal itu mengenai penjelasannya kenapa dia pergi tiba-tiba saat itu. Setelah penjelasan yang diucapkannya, akhirnya dia berpose kaum adam melamar kaum hawa. Dan … kejutan yang terakhir ini, membuat irama jantungku makin tidak beraturan. Sampai akhirnya aku perlahan bernafas dengan terisak, dan dia menuntunku untuk mengucap kalimat syahadat. Sebelum kuikuti syahadat darinya, kulantunkan jawaban bahwa diriku menerima lamarannya, hingga perlahan kuikuti syahadat tersebut sampai diriku menutup mata dengan tersenyum bahagia.

CAHAYA KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang