LANGKAH RINDU

18 9 1
                                    

Assalammualaikum kehidupan dunia, ya Allah  berikan hamba kekuatan hari ini untuk menyelesaikan semua ujian dan cobaan dariMu.

Berbagai peristiwa di sekeliling kita hingga seluruh dunia, tiap saat pasti menuju langkah rindu ketika masing-masing individu berada dalam kondisi dan situasi terburuknya.

Bahkan, kalau aku boleh memilih, tentu memilih berada pada kehidupan yang tenang. Tetapi, aku teringat bahwa ada pepatah "air tenang menghanyutkan". Layaknya peribahasa ini serupa dengan kisah yang hendak kubagi dengan kalian semua, hanya sepenggal kisah biasa yang menurutku membawa manfaat. Kalau menurut teman-teman pembaca bagaimana?

Ketika itu juni 2002, Firsya beserta keluarga besarnya sedang dalam perjalanan mudik ke kampung halaman kakek dan nenek dari ibunya. Di perjalanan saat rombongan kami berhenti pada sebuah rumah makan, tanpa sengaja sudut pandangku tertuju sebuah warung nasi kecil yang hampir reok.

Belakang warung itu seluruhnya area persawahan, bagaimana bisa ada para pembeli bila seperti itu untuk kebersihannya terjamin. Saat sedang fokus memandang sudut itu, Firsya dipanggil ayahnya.
"Ya ayah,"
"Apa yang sedang kamu perhatikan?"
"Tidak ada ayah,"
"Kalau gitu sini, keburu dingin ini makananmu nduk,"

Firsya masuk ke rumah makan, hingga memesan beberapa menu untuk dibungkus. "Mbak, tolong bungkuskan beberapa menu dengan nasinya ya,"
"Ya mbak, dibayarnya ikut tagihan meja itu atau bayar sendiri?"
"Untuk yang ini, saya bayar sendiri,"
"Baiklah,"
"Makasih mbak,"
"Oya mbak, nanti setelah dibungkus. Berikan pada warung sedikit reog yang ada di seberang,"

Kegiatan Firsya memesan beberapa menu yang telah dibungkus rapi membuat ibunya terkejut, akhirnya Firsya hanya menjelaskan dengan detail pada ibunya. Firsya juga berpesan agar tidak memberitahukan hal ini pada ayahnya, dan berkedip lah ibunya menandakan menyetujui perbuatan putrinya.

Firsya tidak memberitahukan perihal perbuatannya membantu orang lain, karena ayahnya dalam memandang seseorang dari kalangan bawah seperti mereka itu pengganggu baginya. Semenjak tahu bahwa ayahnya belum juga sadar akan perilaku bengisnya, padahal dua tahun lalu telah mendapat ujian dariNya. Tetapi ujian yang nyaris merenggut nyawanya tidak juga membuat ayah Firsya sadar, sampai putrinya bingung dengan cara apa lagi agar sadar. Bahwa dalam kehidupan di dunia ini sebagai sesama umatNya, saling membantu akan meringankan langkah saat Allah SWT menghisap amal perbuatan kita.

Biar Allah SWT saja yang memberi pelajaran berharga pada ayahnya Firsya, karena kita semua sebagai umatNya hanya mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Saat beranjak setelah semua selesai makan, Firsya hendak menuju mobil, tetapi dari seberang ada yang memanggil dan mengucapkan terimakasih.
"Nak, terimakasih ya. Kami doakan semua sekeluarga selalu dalam lindungan Allah SWT, dan rejekinya barokah," Lantun seorang ibu yang berada dari warung seberang.
"Ya bu," dengan anggukan Firsya, juga nadanya yang lemah lembut.

Belum sampai setengah perjalanan menuju rumah kakek-nenek Firsya, kami dihadang dengan gempa longsor. Hampir setengah badan jalan ambles, alhamdulillah nya saat mobil kami berada di tengah-tengah bencana, terselamatkan dari doa ibu yang di warung seberang tadi. Ibunya Firsya juga mengingat pesan doa dari ibu yang di warung tadi, keluarga lain pun juga mengingat doa yang terlantun ibu di warung tadi.

Perlahan mobil kami melaju melanjutkan perjalanan, dan aku mulai mengerti bahwa ini petunjuk ujian yang coba Allah SWT selipkan, untuk membuat ayah sadar akan kesombongan yang masih dipegang teguh olehnya. Karena keyakinan akan doa yang telah kupanjatkan pada Allah SWT, pasti ada hidayah dibalik semua ujian maupun cobaan yang Allah SWT berikan pada seluruh makhluqNya.

Akhirnya sampai juga di rumah kakek-nenek, alhamdulillah ya ayah. Sesaat ayah melamun, mungkin karena Frisya menegur terlebih dahulu, karena selama ini Frisya membenci kesombongan sikap ayahnya, dan hal tersebut yang membuat jarak antara Frisya dengan ayahnya.

Setelah masuk di dalam rumah, juga berbenah-benah pada diri masing-masing. Akhirnya, Frisya mengajak seluruh keluarga besar, dan kakek-nenek untuk turut serta sholat berjamaah. Sebab, waktu pun telah menunjukkan untuk sholat ashar, pukul 15.00 kulihat sekarang, adzan juga telah kami dengar.

Alhamdulillah, senangnya aku saat ayah kuminta untuk menjadi imam sholat kami, dan dijawabnya dengan anggukan. Rasa bahagia ini tidak akan dapat terganti dengan uang seberapapun nilainya, leganya ... karena doaku benar-benar diberi jalan yang lapang oleh Allah SWT untuk dapat menyadarkan kesombongannya. Kakek-nenek pun terpancar wajah bahagia tanpa beban, tersenyum lega akan perubahan baik salah satu menantu lelakinya.

Terimakasih telah diijinkan berbagi, sudah lewat sehari sayangnya untuk cerita ini 🙂🙏🙏🙏

CAHAYA KEHIDUPANNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ