1

2.8K 176 11
                                    

Kilatan blitz semakin gencar mengikuti langkah Janice seiring Ia melangkahkan kakinya dengan cepat, tak terhitung berapa awak media yang kini sudah mengepung nya bak buronan.

"Mbak Janice, tolong jelaskan perihal kabar pernikahan anda?"

"Apa benar jika anda sudah menikah dengan pria yang tidak tampan..ups maksud saya pria biasa saja?"

"Lantas,benarkah anda telah hamil duluan karena menikah secara diam-diam?"

Janice bungkam seribu bahasa,Ia tidak menjawab satupun pertanyaan yang di lontarkan oleh wartawan itu. Kaki berbalut heels setinggi 15 cm miliknya menghentak dengan cepat tanpa pamrih agar Ia cepat sampai di mobil. Bahkan, Janice membiarkan Karen--asistennya--terseok-seok di belakang. Janice sudah malu sekaligus geram saat satu persatu dari wartawan itu mengungkap pernikahan absurd yang di laksanakan kemarin di Jogja. Padahal Ia sudah mewanti-wanti pihak keluarga nya agar menutupi semua yang terjadi kemarin agar tidak terendus oleh awak media. Entah komplotan mana yang memotretnya dan mengunggahnya ke laman jejaring sosial.

"Mbak Janice! Tolong jawab pertanyaan kami, apa benar anda di jadikan istri kedua?"

Sial!Janice benar-benar ingin menyumpal mulut wartawan itu dengan microphone yang mereka bawa. Kalau saja dirinya tidak habis launching film baru, akan Ia babat semua wartawan maha kepo itu.
Mobil kian dekat hingga sang supir langsung membukakan pintu membiarkan sang nyonya masuk.

"Apartemen langsung ya, Pak? Aku mau istirahat!"

"Baik, Bu."

"Karen! Lo pulang aja sendiri ya?"

"Iya, Mbak. Gue pamit kalau gitu."

Tentu saja Janice pusing sekaligus letih, kemarin Ia di paksa ke Jogja untuk melangsungkan pernikahan dengan seorang pria yang menurut neneknya adalah sempurna dan layak bersanding dengannya, padahal menurutnya pria itu tak ada apa-apanya di bandingkan semua pria yang selama ini bersamanya. Namanya, Janaka Prawiratama. Di lihat dari namanya saja pria itu sudah terlihat kuno dan norak,apalagi penampilan nya huh jauh lebih norak alias freak. Jika kebanyakan pria kantoran gemar mengenakan tuxedo atau setelan jas slim fit yang mencetak tubuh kekarnya, Janaka tidak, pria itu malah gemar sekali mengenakan celana bahan gombrong dengan kemeja kotak-kotak tak luput juga sebuah belt dengan ornamen kepala singa yang membuat penampilan nya seperti bapak-bapak.

Janice tidak paham kenapa Janaka gemar berpenampilan seperti itu, kemarin di acara yang seharusnya sakral saja Ia masih bisa-bisanya mengenakan setelan jas oversized dengan rambut klimis belah dua. Mungkin Ia terinsipirasi dari tokoh kartun Mail di serial Upin-Ipin.

"Bu? Saya ijin mampir ke Setiabudi dulu ya, bapak juga minta jemput."

"Bapak siapa, Pak Ismail?" tanya Janice sambil menatap sopir nya dengan raut wajuh kusut.

"Pak Janaka, Bu. Tadi beliau sempat SMS ke saya."

"Nggak usah! Biar dia pulang sendiri, lagi pula kita nggak searah,Pak! Aku capek mau tidur!" putus Janice.

"Tapi, Bu. Nanti kal---

" Pak Ismail udah kerja sama Aku berapa tahun sih, kok sekarang malah mihak sama tuh alien!"

"Oh ya, Pak. Nanti habis nganter saya Bapak pulang ke rumah nenek, siapa tahu di sana di butuhkan dan jangan angkat telepon dari siapapun. Janaka misalnya!"

Bukan Jodoh Impian  [Terbit Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang