11

857 76 1
                                    

"Kenapa Nenek membentakku? Dia memang berselingkuh dengan sekretaris nya sendiri!" kekeh Janice.

Semua orang nampak terpaku dengan ucapan Janice, tak terkecuali Janaka yang di tuduh sebagai tersangka utama. Suasana ramai dan semarak berubah menjadi sepi, Janice nampak senang berharap rencananya akan berjalan dengan baik.

"Asal kalian tahu, Aku punya bukti-bukti tentang perselingkuhan Janaka! " Janice mengambil ponsel dari tas nya dan memperlihatkan sesuatu kepada neneknya. Tak lama kemudian, sebuah rekaman voice note terdengar melalui speaker ponsel Janice. Suara seorang perempuan.

"Ya, Saya dan Pak Janaka memang memiliki hubungan spesial. Kami saling mencintai dan Pak Janaka juga menjanjikan pernikahan kepada Saya setelah resmi menceraikan istrinya."

Klik! Janice mematikan pesan suara tersebut, lalu kembali mencari sesuatu di ponselnya. "Ini adalah bukti chat dari perempuan itu saat menanyakan tentang obat, obat apa yang di maksud kalau bukan obat pencegah kehamilan!"

"Janice! Saya tidak mungkin melakukan hal sekeji itu!" teriak Janaka mulai buka suara.

Janice berbalik dan tersenyum miring."Wah! Apa ini pembelaanmu, Janaka? Sayangnya semua bukti tak bisa kau elakkan," ucap Janice.

Janice memang patut di acungi jempol untuk semua sandiwara ini. Semuanya sudah di siapkan secara rapi,matang dan sempurna tanpa celah. Namun, semua orang masih diam tidak membalas ataupun mengelak.

"Oh kalian masih kurang percaya dengan ku? Oke, akan ku tunjukkan semua bukti-bukti yang ku punya!" ujar Janice.

Ia mengambil sebuah amplop berwarna coklat dan menyerahkannya kepada sang nenek sebagai tetua di keluarga nya.

"Apa-apaan ini, Janice! Sudah cukup kau permalukan suamimu di depan kami semua, nenek tidak percaya dengan semua bualanmu!"

"Nek? Aku tidak membual! Pria ini benar-benar berselingkuh dengan sekretaris nya sendiri!" Janice masih kekeh.

"Ayolah Nek! Dia sudah membohongi kita semua!"

Nenek Janice duduk di kursi jati nya di bantu Mama Janice, perempuan lansia itu nampak jengah dengan kelakuan cucu perempuan nya.

"Jan? Maafkan nenek kalau semua ini sudah membebani kamu, nenek hanya ingin yang terbaik untukmu."

"Dari semua pria yang mencoba mendekatimu, tak ada satupun yang nenek percayai untuk menjagamu," timpalnya.

Janice masih tak habis pikir dengan keluarganya, dari semua bukti yang Ia tunjukkan tak ada satupun yang di percayai. Ia masih tak kehabisan akal, mungkin yang akan Ia keluarkan setelah ini adalah senjata terakhirnya yang berarti jika tidak mempan maka Janice harus mengakui kegagalannya di medan perang.

Ia berjalan ke arah Janaka yang masih berdiri dengan napas naik turun, Janice akui dirinya sempat kaget mendengar Janaka berteriak tadi. Namun, sebisa mungkin Ia tetap mengontrol ekspresi nya agar tidak terlalu kentara sekali kagetnya.

"Asal kalian tahu...pria ini, pria yang kalian banggakan ini tidak sesempurna seperti bayangan kalian." Janice menjeda kalimatnya, Ia berjalan memutari tubuh Janaka bak algojo yang siap menghukum musuhnya."Dia ini---

"Nak, sudahlah! Apa kamu ndak kasihan sama Janaka, dia sudah sabar menghadapi kamu selama ini. Dia sudah ikhlas meninggalkan pekerjaan nya di Jogjakarta hanya karena kamu, dia sudah berkorban banyak demi kamu, Janice," sela Mama Janice,Ayu.

"Ma, seekor rubah akan melakukan apa saja agar sang mangsa takluk di kakinya. Itu bukan pengorbanan melainkan jebakan agar kita terlena dengan sifat polosnya yang murahan itu!"

"Maafkan Janice Nak Janaka, kami tidak tahu kenapa---

" Stop, Pa! Jangan meminta maaf padanya, seharusnya Papa mengusir pria kampungan ini karena sudah berani mengusik putri papa," potong Janice semakin meradang.

"Janice? Pulanglah dan istirahat, kamu hanya lelah Nak," saran budhe Narni.

Janice menggeleng, emosinya membuncah. Karena tetap saja tidak ada yang berpihak kepadanya, bahkan hingga sisa senjata terakhir Ia tetap tidak bisa menang. Napas Janice naik turun, semburan lava panas siap mengudara di paviliun yang sejuk ini.

"DIA ITU GILA, PA!" teriak Janice sambil menunjuk wajah Janaka.

"Dia mengidap kelainan! Pria yang kalian anggap sempurna itu hanya orang gila!"

"CUKUP JANICE!"

Bukan Jodoh Impian  [Terbit Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang