30

2.6K 113 5
                                    

Today is Friyay!

Sebelum masuk ke cerita, penulis mau mengabarkan kalau cerita Mas Janaka dan Mbak Janice sudah berganti judul ya menjadi Bukan Jodoh Idaman. Supaya lebih tertaut dengan cerita.

"Pak?"

Janaka mendongak, dia melepas kacamata bacanya."Apa kamu sudah menghubungi Meli? Saya ingin menyelesaikan masalah ini secepat mungkin!" ucapnya kepada Damar, sekretarisnya yang baru.

Wajah Damar menampakkan ekspresi bercampur, ada raut sedih bercampur senang, bingung dan yang paling kentara adalah wajah muramnya. Entah sedang terjadi apa dengannya.

"Bagaimana Mar?" Janaka menuntut jawaban dari Damar. Sedangkan yang di mintai jawaban malah terpaku.

"Saya tidak tahu harus mengatakan kabar ini dengan ekspresi seperti apa, Pak?"

"Maksud kamu?" Janaka hampir berdiri dari kursinya."tolong jangan berbelit-belit, Mar. Saya ingin dalam waktu dekat ini masalah yang berhubungan dengan masa lalu saya sudah selesai. Dengan apapun caranya."

Helaan nafas gusar terdengar dari mulut Damar.

"Bu Meli telah meninggal dunia dini hari tadi. Kabar ini baru saya terima dari salah satu keluarganya yang kebetulan pernah menjadi asisten Bu Janice. Bu Meli di temukan tak bernyawa di kamarnya sendiri dengan satu botol pengusir serangga di samping nya. Dugaan polisi, Bu Meli meninggal karena suicide."

"Inalilahi!"

"Apa Janice sudah tahu?" Janaka kembali bertanya dan Damar menggeleng sopan.

Secepat kilat, Janaka memakai jas kantornya dan hendak pergi. Dia harus pulang meski mengabarkan lewat ponsel saja bisa dia lakukan. Ada hal yang harus dia obrolkan dengan Janice.

Meski Janaka yakin kalau kepergian Meli tidak membuat Janice sedih. Setidaknya sebagai rasa kemanusiaan, Janaka akan mengirim kabar berkabung atas nama Janice. Walau bagaimanapun juga, Meli adalah Tante Karen yang notabene pernah menjadi asisten Janice.

"Mar, nanti kalau ada meeting mendadak bilang saja saya sedang ada urusan keluarga. Dan untuk yang lainnya saya serahkan sama kamu!"

"Baik, Pak. Hati-hati di jalan!"

Di tempat lain, Janice baru saja menerima telepon dari Karen. Mantan asistennya itu baru saja membawa kabar duka mengenai meninggalnya Melissa Santi, tante tirinya yang Janice kenal sebagai perempuan yang sudah menorehkan luka di kehidupan snag suami. Harusnya Meli tidak berakhir seperti ini, dia belum menebus dosa-dosanya di masa lalu.

Paling tidak dia harus mencicipi dinginnya lantai penjara terlebih dahulu sebelum akhirnya meregang nyawa. Paling tidak Meli harus merasakan kejamnya sanksi sosial agar mulut kotornya berhenti nyap-nyap.

Sayangnya takdirnya hanya sampai sini. Di tambah kabar mengejutkan kalau selama ini Meli memiliki gangguan kesehatan mental, hati nurani Janice sedikit tersentil.

"Jan?"

Dahi Janice mengerut ketika dia seolah-olah mendengar suara suaminya memanggil namanya. Ternyata bukan hanya delusi, Janaka memang yang memanggil nya.

"Loh, Mas. Kamu udah pulang?" Janice mencium punggung tangan Janaka. Salah satu dedikasinya sebagai seorang istri.

"Kamu sudah dengar kabar kalau---"

---TERSEDIA DI EBOOK+ EXTRA CHAPTER---

Link pembelian tersedia di bio profil.

Bukan Jodoh Impian  [Terbit Ebook]Where stories live. Discover now