Chapter 51

542 86 36
                                    

"Memangnya aku bisa menolak perintahmu?"

Sehun mengusap surai istrinya "Memang seharusnya kau menuruti perintah suamimu. Sekarang tidur, jangan pikirkan apapun. Jika anak-anak rewel, aku yang akan menghampiri mereka"

Luhan mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.

Setelah beberapa saat tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka, sepertinya Luhan memutuskan untuk tidur dan sesuai ucapannya, Sehun tetap terjaga. Untuk menjaga istrinya dan bersiap-siap jika si kembar tiba-tiba bangun.
.
.
Tanpa pergerakan. Luhan membuka matanya.

Perutnya terasa berat, ia melirik sebentar. Ada tangan yang menindihnya. Kemudian ia melirik ke samping, berdecak karena lelaki yang berada di sampingnya tertidur lelap "yang katanya akan menjagaku" ejeknya pada suaminya yang tidak sadar.

Luhan merubah posisi menjadi duduk, menahan selimutnya agar tidak melorot meski tidak ada siapapun disana kecuali mereka berdua.

Selang beberapa menit ia memutuskan untuk turun dari sofa melalui sisinya yang fungsi awal sebagai sandaran sofa dan semalam di buat datar oleh Sehun untuk membuatnya terlihat luas.

Berjalan santai tanpa busana dan tanpa memperdulikan akan ada yang melihat, meraih handuk yang semalam ia loloskan dari tubuhnya demi menggoda suaminya. Luhan bergidik membayangkan bagaimana ia semalam berkelakuan.

Setelah memakaikan handuk dengan benar, ia melihat jam dinding di ruang kerja suaminya, masih pukul 6. Ia memutuskan untuk melihat dulu anak-anaknya yang ia yakini tidak mendengar suara mereka semalam.

Anak-anaknya masih terlelap, mungkin karena kelelahan bermain, mereka sampai pulas tidur.

Luhan berlalu dari sana dan masuk ke dalam kamar mandi, tubuhnya terasa lengket akibat pergumulannya dengan sang suami semalam.

Di dalam kamar mandi, Luhan menyempatkan diri untuk bercermin. Ia menilik wajahnya seksama "tidak pucat, kok" ujarnya setelah memastikan. Karena semalam suaminya keukeuh mengatakan kalau ia pucat dan mengajaknya untuk memeriksakan diri hari ini ke dokter.

Setelah sibuk dengan cermin kini Luhan benar-benar sibuk dengan urusan membersihkan dirinya. Hari ini ia tidak akan melakukan ritual mandi yang lama karena ia takut si kembar bangun ketika ia ada di tengah menikmati berendamnya dan berakhir akan terburu-buru dan berakhir dengan ketidaknyamanan dengan tubuhnya.

Keluar dari kamar mandi setelah dikira sudah selesai dengan semuanya, Luhan meraih dress rumahan yang menjadi pakaiannya hari ini, karena ia tidak akan kemana mana. Hari ini ia berencana akan bermain saja bersama si kembar di rumah seperti hari-hari biasanya.

Setelahnya ia berjalan menuju meja rias, hal yang pertama ia lakukan adalah menyisir rambutnya kemudian mencepolnya asal, membiarkan anak-anak rambutnya terurai di kanan kiri wajahnya. Ia beralih pada jejeran tube-tube disana dan menyelesaikan kegiatannya.

Beranjak dari sana, berdiri menilik sekitar, ia bingung apa yang harus ia lakukan, anak-anak masih tidur. Suaminya juga masih tidur. Tempat tidur rapi tidak tersentuh sama sekali. Karena semalam mereka tidak tidur disana.

Luhan memutuskan untuk turun kebawah, di sela langkahnya menuju daun pintu, suara serak yang memanggilnya membuatnya berhenti "Bunda" yang refleks membuat Luhan berbalik. Ia sedang melihat Yujie berdiri di tepi ranjang bayinya sembari memegang penghalangnya disana.

Merentangkan tangan kecilnya kearah Luhan dengan mata yang masih terkantuk-kantuk dan rambut sebahunya yang berantakan. Luhan tersenyum menghampiri, memangku si sulung yang sepertinya akan menemaninya menyiapkan sarapan "Yujie tadi panggil Bunda? Tidak Bubu lagi?"

Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔Where stories live. Discover now