Chapter 3

1.7K 187 9
                                    

Luhan rasa tubuhnya sudah sangat remuk redam karena ulah suaminya yang tidak pernah memiliki titik akhir dalam urusan bercinta.

Beruntungnya malaikat kecil di dalam perutnya menjadi alasan untuk tidak mempersembahkan banyak waktu kepada suaminya yang memiliki gairah seks yang sangat tinggi.

Dia harus berterima-kasih kepada dokter cantik yang selalu memantau kesehatan dirinya dan juga bayi di dalam perutnya karena mengatakan kepada Sehun jangan terlalu keras kepadanya mengingat ada makhluk kecil yang tumbuh di perutnya.

Awalnya Sehun sempat marah kepada Wendy. Sehun rasa Wendy mengada ngada tentang ketidak-bolehannya menggagahi istrinya.

Tapi setelah mendengar penjelasan yang terus di lontarkan Wendy kepada Sehun lewat sambungan telepon yang di loudspeaker, Sehun memaksa dirinya untuk mengerti meski hasrat untuk menggagahi istrinya selalu menolak. Kali ini ia akan memakai hatinya untuk berbaik hati kepada Luhan demi anaknya.

Kalau perutmu sudah tidak besar lagi, aku tidak akan mengampunimu.

Itu yang Sehun katakan kepada Luhan. Tidak ingatkah ia siapa yang membuat perut Luhan besar?

Sehun dengan segala kekanakannya harus di jawab iya saja supaya tidak berkelanjutan.

Luhan memejamkan matanya karena lelah. Ia ingin beristirahat sebentar sebelum turun ke bawah melihat apa makan malam yang di siapkan bibi Han sudah siap atau belum.

"Jam berapa sekarang?" Masih dengan mata terpejam Luhan bertanya kepada Sehun yang berada di sampingnya yang sepertinya masih memiliki banyak tenaga. Terlihat dari tangannya yang tidak pernah lepas dari mengelus perut besarnya. Dan juga mata yang Luhan rasa terus menatapnya.

"Baru jam tujuh Lu. Kenapa? Mau lanjut lagi?" Kekehnya di akhir kalimatnya sembari merapikan rambut Luhan yang sedikit berantakan.

"Awas saja kalau kau berani membangunkan gairahmu kembali. Aku tidak mau lagi berada di dekatmu" Luhan memperingati Sehun yang tangannya tidak pernah diam dari mengelus perutnya. Ia tahu maksud Sehun, tujuannya bukan semata mata mengelus perutnya. Tapi ada tujuan lain yang ia rencanakan. Bagian bawah perutnya yang menjadi targetnya. Luhan sudah sangat hapal tabiat Sehun.

"Kenapa sayang? Bukannya kita sudah sah menjadi suami istri?" Tanya Sehun berpura-pura tidak tahu maksud peringatan Luhan.

"Sehun~" Luhan merengek dengan mata yang masih terpejam sejak tadi.

"Iya iya sayang. Aku hanya bercanda"

"Yasudah diam. Aku ingin istirahat dulu sebentar"

"Tinggal istirahat saja apa susahnya"

"Kau berisik. Mana bisa aku istirahat"

"Iya iya aku diam" akhirnya Sehun mengalah membiarkan istrinya mengistirahatkan tubuhnya yang mudah lelah.

"Tapi Lu__"

"Sehun~ Ish. Nanti saja kalau mau bicara"

"Iya iya sayang" Sehun tersenyum senang dan mengakhirinya dengan sebuah kecupak di dahi Luhan. Sehun selalu suka menggoda Luhan. Luhan dengan rengekan manja selalu menjadi favorite Sehun.

※ ※ ※

Ruang makan itu tampak rapi dengan berbagai peralatan dapur yang bertengger di tempatnya.

Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔Where stories live. Discover now